Kamis, 12 Januari 2017

Diary putih abu

Rasanya baru kemarin aku menggunakan seragam putih biru, kemudian berada dalam lingkungan masa ABG namun sekarang masa itu terhapus begitu saja dengan cepat. Nama ku septi dan aku duduk di bangku kelas 1 SMA, kata orang masa SMA adalah tahap menuju pendewasaan dan akan ada banyak yang akan di lakukan di sana, akan ada pengalaman yang berkesan dan tak mudah terlupakan. Suatu hari saat perkenalan dengan teman-teman baru dan guru-guru baru, aku sangat gugup karena menurut ku aura di sekolah ini sangat berbeda, orang-orang disini sangat aneh, ada satu orang kaka kelas yang mukanya ganteng, namanya ka dimas, kebetulan dia yang ospek kelas ku, setelah beberapa hari sekolah aku mulai berkenalan dengan orang-orang di kelas, hingga akhirnya aku menemukan kawananku yang perilakunya hampir sama dengan sahabatku dulu. reva, elsa,desi adalah nama teman-teman ku yang baru, kami selalu melakukan kelompok belajar berempat, bahkan melakukan kegiatan lainnya. Ada banyak sekali konflik yang muncul di dalam kelas, bukan antara aku dan ketiga teman ku, tapi siswa lain, aku sempat terheran dan tak terbiasa dengan suasana ribut, jika di SMP  belum pernah aku mendengar kehebohan di kelas sekeras ini.
            Banyak sekali tugas yang di berikan oleh guru, bahkan menurutku 2x lipat dibandingkan tugas SMP, kini aku sudah mulai terbiasa dengan tugas berat ini, aku mulai mengenal sifat-sifat orang-orang di kelas, tak terasa kini aku duduk di bangku kelas 2, aku semakin mengenal teman sekelas ku terutama sahabat-sahabat ku, Reva yang paling cerewet dan manja apalagi kalau masalah laki-laki, dia yang paling ribut dan tidak bisa diam, kemudian ada elsa menurutku dia yang paling bijaksana diantara kami berepat, aku atau bahkan teman sekelas yang lainnya selalu mencurahkan hati padanya, “kebanyakan orang datang pada ku karena butuh, bukan karena dorongan hati” ucap elsa pada ku, kemudian ada satu lagi sahabat ku yang bernama desi, dia yang paling lucu dan dia selalu membuat kami semua tertawa terbahak-bahak.
Oh iyah, aku lupa dengan sosok guru yang dekat dengan kami, bu Salimah adalah guru agama, sosoknya yang lembut, periang,cerdas dan santun selalu menjadikannya sebagai panutan siswa-siswi, bu salimah tidak pernah membedakan anak yang pandai dan tidak, dia sangat professional dalam bergaul dengan anak muridnya, satu kalimat yang selalu aku ingat darinya adalah “Jadikan beban dalam hidup mu sebagai motivasi terbesar” dan mungkin ada banyak motivasi lainnya.
            Suatu hari saat pelajaran matematika sedang berlangsung, kemalasan untuk mengerjakan soal-soal mulai mendatangi pikiranku, hingga akhirnya aku pura-pura izin ke kamar mandi dengan desi, namun kenyataannya aku pergi ke kantin sampai aku kenyang, bukan hanya satu kenakalan yang aku lakukan, sering kali saat jam pelajaran kosong, kami suka berjalan-jalan di sekolah dan bertemu seseorang “hemm… cuci mata yang seger” ucap Reva pada kami, tapi hal yang paling menyenangkan adalah mendengarkan ceramah dadakan dari guru yang sedang malas mengajar, sebenarnya sih aku malah seneng karena itu membuat jam pelajaran berkurang.
            Waktu berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin aku berseragam, kini aku tengah menghadapi Ujian Nasional, itu artinya tak lama lagi aku akan meninggalkan masa SMA ini, sempat terlintas dipikiranku untuk tidak melanjutkan pendidikan, aku muak dengan pelajaran yang menjadi beban karena kalau aku kuliah artinya aku akan mengenal dunia baru dan pelajaran baru yang dimulai dari titik nol lagi, tapi mau jadi apa aku nanti kalau bermalas-malasan seperti ini, aku tidak mau memiliki penghasilan yang biasa saja karena bekerja di empat yang biasa, atau aku juaga tidak mau menjadi ibu rumah tangga muda yang megurusi anak banyak sambil menuggu suami pulang kerja membawa uang gajihannya. Yah.. semuanya telah kupikirkan baik baik, aku ingin menata masa depanku dengan berpendidikan.

Ujian Naisonal telah kami lewati, selepas hari yang menegangkan itu tentu ada hari perpisahan aku merayakannya dengan perbuatan yang tidak baik, yaitu dengan mencorat coret baju, sebenarnya pihak sekolah tidak mengijinkan kami untuk melakukan hal buruk ini, tapi kami satu kelas merayakannya di luar sekolah, rasanya tidak afdol kalau tidak corat coret baju, ini adaalah warisan turun temurun dari kaka kelas kami.           

Aku tau, seragam yang kini sudah kami corat coret ini telah menjadi bukti dan sejarah, kalau dulu kita pernah duduk dan belajar di bangku SMA, terimakasih sahabat-sahabat ku, kalian sudah bersedia untuk mengisi keseharian ku di sekolah selama 3 tahun ini, mengingat cerita yang beragam namun tak seragam ini, suatu saat kalian akan mengenang suasana seperti ribut di kelas, dengerin ceramah dadakan dari guru, nongkrong saat jam pelajaran kosong atau izin ke kamar mandi karena jenuh di kelas. Masing-masing di antara kita akan menempuh kehidupan yang sesungguhnya, tentunya dengan sejuta harapan sama yaitu sukses.  Suatu saat nanti mungkin empat atau lima tahun lagi akan ku dengar cerita-cerita manis dan membanggakan dari kalian.