Rasanya baru
kemarin aku menggunakan seragam putih biru, kemudian berada dalam lingkungan
masa ABG namun sekarang masa itu terhapus begitu saja dengan cepat. Nama ku
septi dan aku duduk di bangku kelas 1 SMA, kata orang masa SMA adalah tahap
menuju pendewasaan dan akan ada banyak yang akan di lakukan di sana, akan ada
pengalaman yang berkesan dan tak mudah terlupakan. Suatu hari saat perkenalan
dengan teman-teman baru dan guru-guru baru, aku sangat gugup karena menurut ku
aura di sekolah ini sangat berbeda, orang-orang disini sangat aneh, ada satu
orang kaka kelas yang mukanya ganteng, namanya ka dimas, kebetulan dia yang
ospek kelas ku, setelah beberapa hari sekolah aku mulai berkenalan dengan
orang-orang di kelas, hingga akhirnya aku menemukan kawananku yang perilakunya
hampir sama dengan sahabatku dulu. reva, elsa,desi adalah nama teman-teman ku
yang baru, kami selalu melakukan kelompok belajar berempat, bahkan melakukan
kegiatan lainnya. Ada banyak sekali konflik yang muncul di dalam kelas, bukan
antara aku dan ketiga teman ku, tapi siswa lain, aku sempat terheran dan tak
terbiasa dengan suasana ribut, jika di SMP
belum pernah aku mendengar kehebohan di kelas sekeras ini.
Banyak sekali tugas yang di berikan
oleh guru, bahkan menurutku 2x lipat dibandingkan tugas SMP, kini aku sudah
mulai terbiasa dengan tugas berat ini, aku mulai mengenal sifat-sifat
orang-orang di kelas, tak terasa kini aku duduk di bangku kelas 2, aku semakin
mengenal teman sekelas ku terutama sahabat-sahabat ku, Reva yang paling cerewet
dan manja apalagi kalau masalah laki-laki, dia yang paling ribut dan tidak bisa
diam, kemudian ada elsa menurutku dia yang paling bijaksana diantara kami
berepat, aku atau bahkan teman sekelas yang lainnya selalu mencurahkan hati padanya,
“kebanyakan orang datang pada ku karena butuh, bukan karena dorongan hati” ucap
elsa pada ku, kemudian ada satu lagi sahabat ku yang bernama desi, dia yang
paling lucu dan dia selalu membuat kami semua tertawa terbahak-bahak.
Oh iyah, aku
lupa dengan sosok guru yang dekat dengan kami, bu Salimah adalah guru agama,
sosoknya yang lembut, periang,cerdas dan santun selalu menjadikannya sebagai
panutan siswa-siswi, bu salimah tidak pernah membedakan anak yang pandai dan
tidak, dia sangat professional dalam bergaul dengan anak muridnya, satu kalimat
yang selalu aku ingat darinya adalah “Jadikan beban dalam hidup mu sebagai
motivasi terbesar” dan mungkin ada banyak motivasi lainnya.
Suatu hari saat pelajaran matematika
sedang berlangsung, kemalasan untuk mengerjakan soal-soal mulai mendatangi
pikiranku, hingga akhirnya aku pura-pura izin ke kamar mandi dengan desi, namun
kenyataannya aku pergi ke kantin sampai aku kenyang, bukan hanya satu kenakalan
yang aku lakukan, sering kali saat jam pelajaran kosong, kami suka
berjalan-jalan di sekolah dan bertemu seseorang “hemm… cuci mata yang seger”
ucap Reva pada kami, tapi hal yang paling menyenangkan adalah mendengarkan
ceramah dadakan dari guru yang sedang malas mengajar, sebenarnya sih aku malah
seneng karena itu membuat jam pelajaran berkurang.
Waktu berjalan begitu cepat, rasanya
baru kemarin aku berseragam, kini aku tengah menghadapi Ujian Nasional, itu
artinya tak lama lagi aku akan meninggalkan masa SMA ini, sempat terlintas
dipikiranku untuk tidak melanjutkan pendidikan, aku muak dengan pelajaran yang
menjadi beban karena kalau aku kuliah artinya aku akan mengenal dunia baru dan
pelajaran baru yang dimulai dari titik nol lagi, tapi mau jadi apa aku nanti
kalau bermalas-malasan seperti ini, aku tidak mau memiliki penghasilan yang
biasa saja karena bekerja di empat yang biasa, atau aku juaga tidak mau menjadi
ibu rumah tangga muda yang megurusi anak banyak sambil menuggu suami pulang
kerja membawa uang gajihannya. Yah.. semuanya telah kupikirkan baik baik, aku
ingin menata masa depanku dengan berpendidikan.
Ujian
Naisonal telah kami lewati, selepas hari yang menegangkan itu tentu ada hari
perpisahan aku merayakannya dengan perbuatan yang tidak baik, yaitu dengan
mencorat coret baju, sebenarnya pihak sekolah tidak mengijinkan kami untuk
melakukan hal buruk ini, tapi kami satu kelas merayakannya di luar sekolah,
rasanya tidak afdol kalau tidak corat coret baju, ini adaalah warisan turun
temurun dari kaka kelas kami.
Aku
tau, seragam yang kini sudah kami corat coret ini telah menjadi bukti dan
sejarah, kalau dulu kita pernah duduk dan belajar di bangku SMA, terimakasih
sahabat-sahabat ku, kalian sudah bersedia untuk mengisi keseharian ku di
sekolah selama 3 tahun ini, mengingat cerita yang beragam namun tak seragam
ini, suatu saat kalian akan mengenang suasana seperti ribut di kelas, dengerin
ceramah dadakan dari guru, nongkrong saat jam pelajaran kosong atau izin ke
kamar mandi karena jenuh di kelas. Masing-masing di antara kita akan menempuh
kehidupan yang sesungguhnya, tentunya dengan sejuta harapan sama yaitu sukses. Suatu saat nanti mungkin empat atau lima
tahun lagi akan ku dengar cerita-cerita manis dan membanggakan dari kalian.