Nama ku Julia agustina, aku kelas 2 MA, sekolah
islam di bandung. dan disanalah aku menemukan sosok laki-laki yang aku sukai,
bukankah wajar bila remaja seusiaku jatuh cinta, laki-laki itu bernama Luki alfajar,
dia adalah kakak kelas ku, aku menyukainya karena kepribadiannya yang langka
dan mengagumkan, rasanya ingin sekali aku mengenalnya lebih dekat, namun aku hanya
selalu mengingat pesan ibu dan ayah, agar tidak berpacaran. Karena keluarga
kami tau agama.
Saat acara Maulid Nabi di selenggarakan
di sekolah, Luki mengisi acara khotbah dan membaca Al Quran, maklum saja dia
santri terbaik saat masih pesantren,ini yang membuatku jatuh hati padanya,
selesai acara. dia pergi dan aku diam-diam mengikutinya hingga tak sadar
ternyata aku berada di depan rumahnya, kemudian aku pulang berjalan karena
rumahku berada di komplek sebelah. keesokan harinya aku dan lilis sahabat ku
pergi ke acara tablig akbar dan kami berjalan bersama, secara kebetulan
tiba-tiba luki berada di belakang ku dan aku terkejut, aku mencoba berhenti
secara mendadak (pura-pura sandalku lepas agar luki bisa menyapaku) dan
ternyata, dia melihat ke arah ku dan melempar senyumnya “Eh.. juli,lilis aku
duluan ya” sapa luki, aku pun tersenyum manis. “jul ? kamu kenapa senyum
sendiri!!” tanya lilis dengan heran “engga, ehh.. lis nanti kita duduk paling
depan ya !!” ujar ku sembari tersenyum “ia, eh.. kerudung kamu kusut tuh!!”
ucap lilis, mendengar hal itu aku sangat terkejut dan langsung merapikan
kerudungku karena mungkin luki melihatku seperti ini, aku sangat malu (aku
ingin terlihat cantik di depannya).
Tablig akbar pun selesai, aku menarik
tangan lilis dengan cepat dan bergegas keluar masjid agar aku bisa melihat luki
atau bahkan berjalan bersamanya, “kamu ini buru-buru sekali, memangnya di rumah
ada apa ?” tanya lilis pada ku, “ ahh.. engga, ngomong-ngomong kerudung ku rapi
ga ?”Tanya ku sambil merapikan kerudung “ia.. ia.. sudah cantik!” ujarnya dengan
memuji, di sepanjang jalan aku mencoba menengok ke belakang dan ternyata luki sedang
berjalan dengan Kila tetangga dekatnya, aku sangat kesal dan kecewa karena sudah cantik tapi luki tidak melihatku,
bahkan dia berjalan dengan perempuan jutek dan so cantik itu, “jul, tadi kamu
kaya yang seneng, sekarang ko muka kamu di tekuk sih ?”tanya lilis dengan
penasaran, “aku baik-baik saja!! Jalannya lebih cepat ya” ujar ku. Setibanya di
rumah, aku sangat kepikiran tentang luki yang selalu melihatku saat aku tidak
cantik (lagi jelek), tetapi menurutku itu tidak seberapa di bandingkan dengan masa
lalu di sekolah, aku bertabrakan dengan siswa yang membawa kue ulang tahun
sehingga kue nya tumpah mengenai muka ku dan saat itu juga luki berada disana
melihatku di tertawakan, kemudian hal yang memalukan lainnya saat aku sedang
olah raga, pada saat itu kami bermain bola volly dan aku memukulnya terlalu
keras hingga keluar lapangan dan pak Ahmad guru
olah ragaku menyuruhku untuk mengambilnya, saat aku mencari bolanya
ternyata bola itu berada di pinggir sawah (sekolah ku dekat sawah) kemudian aku
berjalan ke arah bola dan mengambilnya, namun ternyata aku tergelincir karena
licin hingga aku terjatuh ke sawah, seluruh badanku sangat kotor oleh lumpur,
aku sangat malu untuk pergi ke sekolah lagi, setibanya aku di lapangan, suasana
yang ramai oleh tawa dan bola volly yang meloncat-loncat tiba-tiba saja
berhenti dan saat aku melangkah menuju pak ahmad untuk memberikan bola volly, suara
tawa teman satu kelas ku mulai terdengar sangat keras, mereka menertawakan ku
dengan puas, namun aku tidak sedih kemudian lilis membawa ku ke toilet, saat di
lorong toilet aku berpapasan dengan luki , dan dia berhenti “euh.. kamu juli
bukan ?” tanya luki sembari memperhatikan ku, aku tidak menjawab pertamyaannya
dan berlari ke toilet namun aku terpeleset karena sepatu ku penuh lumpur, (ini
semakin membuatku malu di depan luki) fikir ku, “juliiii.. kamu gapapa ?” teriak
lilis dengan panik, saat lilis mencoba
membantu ku berdiri tiba-tiba luki bertanya lagi padaku “juli? kamu kenapa?”
Tanyanya kepada ku, “aku baik luki, saaaangat baik” ujar ku dengan malu ,aku
akan selalu mengingat hal memalukan itu. Seiringnya waktu bergulir dengan
cepat. aku sudah kelas 3 SMA, saat dimana aku mengsibukkan diri dengan tugas, sedangkan
luki, pergi menganyam pendidikan menjadi seorang Dokter ke ibu kota Jakarta.
3 tahun ku alami menjadi siswi di SMA. Kini
aku telah lulus, rencana ku hanyalah ingin menjadi seorang penulis, tak banyak
yang aku harapkan dari hidupku kecuali luki. Mengingat dulu, sering kali aku di
permalukan dan mungkin rasanya di mata luki aku hanyalah gadis yang tidak elok
di pandang. Kini aku berusia 24 tahun, aku di taaruf oleh Yogi pilihan ibuku, pria
yang baik dari keluarga terpandang. Aku
mencoba menjalani hubungan baik dengannya selama satu bulan, apabila kami cocok
maka dia akan mengkhitbah ku, mengingat pernikahan lilis sahabatku, dia sudah
menikah di umur 20 tahun dan dikaruniai satu orang anak laki-laki.
Suatu ketika yogi mengajakku untuk pergi
ke toko buku ternama di Bandung bersama ibu, kami naik mobil yogi. Sesampainya
disana aku dan yogi pergi ke tempat buku novel, sedangkan ibu memilih pergi
mencari buku resep masakan, saat aku melihat-lihat novel bagus tiba-tiba yogi
menepuk bahuku dengan lembut, “astagbirullahalajim, yogiii kita bukan mahram
!!” ujar ku dengan kaget, “ohh.. ia, maaf jul, aku tidak bermaksud menyentuh
mu. Aku mau bilang kalau aku mau pergi ke toilet!” ujarnya dan pergi. Tangan ku
merayap-rayap dan menyentuh setiap Novel hingga tak sadar aku berada di temapat
buku-buku kesehatan, aku menoleh ke samping, tanpa disadari pria di sampingku
adalah luki, “ka Luki ?” Tanya ku dan mencoba memastikan, “siapa ya ? oh.. Juli
ya ?” sapanya dengan ragu. Kami mengobrol dengan singkat, sekarang aku lega
mengetahui kabarnya setidaknya untuk memastikan apakah dia sudah meminang
seorang gadis lain atau bahkan meminang kila, kenyataannya dia belum meminang
gadis manapun karena sedang sibuk dengan pekerjaannya, pengetahuan yang
membawanya ke toko buku ini karena di ibu kota, toko buku sangat mahal dan
kurang lengkap, jadi dia memutuskan untuk ke bandung, saat kami tengah asik
mengobrol tiba-tiba yogi datang menghampiri ku “euh…. Juli, siapa laki-laki ini?
tak baik calon pengantin berbicara dengan yang bukan mahromnya !” ucapnya
dengan ketus, mendengar hal itu luki terdiam dan roboh, kemudian yogi mengajak
ku pulang dan mencari ibu, saat di mobil yogi terdiam kesal kepada ku suasana
yang tak nyaman, “kesempatanku hilang, aku mencintai Luki, hanya luki bukan
pria disampingku” ucapku dalam hati.
Satu bulan ku jalani dengan yogi, keluarga
dari pihak yogi mengunjungi rumahku, mereka mempertanyakan hunbunganku
dengannya. “saya.. ragu bu. Kalau boleh saya Jujur saya tidak nyaman dengan
yogi!” ucapku kepada keluarga yogi. “apa artinya kamu, menolak pinangan yogi ?”
tanyanya, “ Maafkan saya.” ucapku dengan
lembut. Melihat kenyataan semua itu, yogi terdiam dan roboh kemudian dia
pulang. Aku bisa benafas lega, saat semuanya berakhir hingga aku tuangkan
perasaan ku lewat media social twitter “cinta ini akan selalu ada, hingga tak
ada satupun pria yang ku tempatkan di hati ini, meski ia telah mencobanya”
tulisku di twitter. satu minggu kemudian datanglah seorang laki-laki memakai
peci dan celana hitam, baju koko berwarna putih, bersama bundanya.
“tok..tok..tok, Assalamuallaikum “ ucap salam dari pria itu, pintu di buka oleh
ayah, dan mempersilakannya masuk. Saat ayah mengobrol dengannya, tiba-tiba ibu
memanggil di kamar ku untuk ke ruang tamu dan menyuruh ku berpakaian rapi,
namun aku menolak berpakaian rapi, aku bersama ibu pun menemui pria yang
mencoba mentaa’ruf ku lagi. setelah ku lihat sangat jelas, laki-laki itu adalah
Luki dan bundanya, langkahku terhenti, dan mulai kaku, sekaligus malu karena
penampilanku seperti ini. “ini Julia anak saya, yang ingin kau persunting!!”
ucap ayah pada luki, aku duduk di sebelah ayah dan menundukan pandangan ku “ia,
insyaallah jika taa’ruf saya di terima saya akan mengkhitbah juli bulan depan”
ujar luki, tanpa ragu aku menerimanya.
Selama proses taa’ruf berjalan, kami
mencoba mengenal satu sama lain. hari lamaran pun tiba, aku bersiap untuk hari
ini. Laki-laki impianku bahkan aku merias diri sangat lama, saat aku selesai
Make-up , aku mencium bau gosong dari dapur hingga aku sempatkan untuk membantu
ibu membuat kue lagi bersama lilis dan saudara ku, walupun mereka melarangnya.
Tak terasa rombongan keluarga luki datang sedangkan make-up ku luntur karena
hawa dapur, aku sangat kebingungan bahkan bulu mata yang ku kenakan hilang
sebelah, orang-orang di dapur memarahi ku namun lilis sahabtku membawa ku ke
kamar dan menata rias seadanya karena ibu sudah memanggilku berulang kali, aku
pergi menemui semuanya dan Luki melempar senyuman padaku, aku membalasnya. senang.
Lamaran pun selesai.
Bulan depan kami akan menikah, aku mempersiapkan
semuanya seperti gaun pengantin, dll. Aku di ajak Luki untuk memesan undangan,
saat di mobil kami hanya diam kemudian saat rasa sunyi itu mulai lama luki
memulai percakapan terlebih dahulu “kamu, dari tadi diam saja, apa kamu tidak
senang ?” Tanyanya sembari menyetir, “aa..aku, bahagia. Aku ingin tau, apa yang
membuatmu ingin menikahi ku? Tanya ku dengan gugup. “aku tak sengaja melihat
akun twitter mu, dan membaca salah satu statusmu. Jadi ku fikir kau membatalkan
rencana pernikahan mu dengan pria itu!” ujarnya dengan tenang. Sesampainya di
percetakan undangan, kami memesan sesuai kesepakatan bersama dan pulang.
Hari pernikahan telah tiba, wajahku di rias
habis-habisan, aku sangat cantik. hingga tak terasa mempelai pria sudah datang,
Deg..deg..deg.. itu yang kurasa saat ini, aku bahagia dan gugup, hingga acara
ijab kobul tiba, aku di persilakan duduk di sampingnya. “sebentar lagi kita
akan memulai hidup baru bersama” ucap ku dalam hati. Selesai ijab kobul dia
memandangku. “Apakah yang di depan ku ini bidadari surga, insyaallah” pujinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar