Sabtu, 30 April 2016

Day of beautiful wedding

Nama ku Julia agustina, aku kelas 2 MA, sekolah islam di bandung. dan disanalah aku menemukan sosok laki-laki yang aku sukai, bukankah wajar bila remaja seusiaku jatuh cinta, laki-laki itu bernama Luki alfajar, dia adalah kakak kelas ku, aku menyukainya karena kepribadiannya yang langka dan mengagumkan, rasanya ingin sekali aku mengenalnya lebih dekat, namun aku hanya selalu mengingat pesan ibu dan ayah, agar tidak berpacaran. Karena keluarga kami tau agama.
Saat acara Maulid Nabi di selenggarakan di sekolah, Luki mengisi acara khotbah dan membaca Al Quran, maklum saja dia santri terbaik saat masih pesantren,ini yang membuatku jatuh hati padanya, selesai acara. dia pergi dan aku diam-diam mengikutinya hingga tak sadar ternyata aku berada di depan rumahnya, kemudian aku pulang berjalan karena rumahku berada di komplek sebelah. keesokan harinya aku dan lilis sahabat ku pergi ke acara tablig akbar dan kami berjalan bersama, secara kebetulan tiba-tiba luki berada di belakang ku dan aku terkejut, aku mencoba berhenti secara mendadak (pura-pura sandalku lepas agar luki bisa menyapaku) dan ternyata, dia melihat ke arah ku dan melempar senyumnya “Eh.. juli,lilis aku duluan ya” sapa luki, aku pun tersenyum manis. “jul ? kamu kenapa senyum sendiri!!” tanya lilis dengan heran “engga, ehh.. lis nanti kita duduk paling depan ya !!” ujar ku sembari tersenyum “ia, eh.. kerudung kamu kusut tuh!!” ucap lilis, mendengar hal itu aku sangat terkejut dan langsung merapikan kerudungku karena mungkin luki melihatku seperti ini, aku sangat malu (aku ingin terlihat cantik di depannya).
Tablig akbar pun selesai, aku menarik tangan lilis dengan cepat dan bergegas keluar masjid agar aku bisa melihat luki atau bahkan berjalan bersamanya, “kamu ini buru-buru sekali, memangnya di rumah ada apa ?” tanya lilis pada ku, “ ahh.. engga, ngomong-ngomong kerudung ku rapi ga ?”Tanya ku sambil  merapikan kerudung    “ia.. ia.. sudah cantik!” ujarnya dengan memuji, di sepanjang jalan aku mencoba menengok ke belakang dan ternyata luki sedang berjalan dengan Kila tetangga dekatnya, aku sangat kesal dan kecewa  karena sudah cantik tapi luki tidak melihatku, bahkan dia berjalan dengan perempuan jutek dan so cantik itu, “jul, tadi kamu kaya yang seneng, sekarang ko muka kamu di tekuk sih ?”tanya lilis dengan penasaran, “aku baik-baik saja!! Jalannya lebih cepat ya” ujar ku. Setibanya di rumah, aku sangat kepikiran tentang luki yang selalu melihatku saat aku tidak cantik (lagi jelek), tetapi menurutku itu tidak seberapa di bandingkan dengan masa lalu di sekolah, aku bertabrakan dengan siswa yang membawa kue ulang tahun sehingga kue nya tumpah mengenai muka ku dan saat itu juga luki berada disana melihatku di tertawakan, kemudian hal yang memalukan lainnya saat aku sedang olah raga, pada saat itu kami bermain bola volly dan aku memukulnya terlalu keras hingga keluar lapangan dan pak Ahmad guru  olah ragaku menyuruhku untuk mengambilnya, saat aku mencari bolanya ternyata bola itu berada di pinggir sawah (sekolah ku dekat sawah) kemudian aku berjalan ke arah bola dan mengambilnya, namun ternyata aku tergelincir karena licin hingga aku terjatuh ke sawah, seluruh badanku sangat kotor oleh lumpur, aku sangat malu untuk pergi ke sekolah lagi, setibanya aku di lapangan, suasana yang ramai oleh tawa dan bola volly yang meloncat-loncat tiba-tiba saja berhenti dan saat aku melangkah menuju pak ahmad untuk memberikan bola volly, suara tawa teman satu kelas ku mulai terdengar sangat keras, mereka menertawakan ku dengan puas, namun aku tidak sedih kemudian lilis membawa ku ke toilet, saat di lorong toilet aku berpapasan dengan luki , dan dia berhenti “euh.. kamu juli bukan ?” tanya luki sembari memperhatikan ku, aku tidak menjawab pertamyaannya dan berlari ke toilet namun aku terpeleset karena sepatu ku penuh lumpur, (ini semakin membuatku malu di depan luki) fikir ku, “juliiii.. kamu gapapa ?” teriak lilis dengan panik, saat lilis  mencoba membantu ku berdiri tiba-tiba luki bertanya lagi padaku “juli? kamu kenapa?” Tanyanya kepada ku, “aku baik luki, saaaangat baik” ujar ku dengan malu ,aku akan selalu mengingat hal memalukan itu. Seiringnya waktu bergulir dengan cepat. aku sudah kelas 3 SMA, saat dimana aku mengsibukkan diri dengan tugas, sedangkan luki, pergi menganyam pendidikan menjadi seorang Dokter ke ibu kota Jakarta.
3 tahun ku alami menjadi siswi di SMA. Kini aku telah lulus, rencana ku hanyalah ingin menjadi seorang penulis, tak banyak yang aku harapkan dari hidupku kecuali luki. Mengingat dulu, sering kali aku di permalukan dan mungkin rasanya di mata luki aku hanyalah gadis yang tidak elok di pandang. Kini aku berusia 24 tahun, aku di taaruf oleh Yogi pilihan ibuku, pria yang baik dari keluarga terpandang.  Aku mencoba menjalani hubungan baik dengannya selama satu bulan, apabila kami cocok maka dia akan mengkhitbah ku, mengingat pernikahan lilis sahabatku, dia sudah menikah di umur 20 tahun dan dikaruniai satu orang anak laki-laki.
Suatu ketika yogi mengajakku untuk pergi ke toko buku ternama di Bandung bersama ibu, kami naik mobil yogi. Sesampainya disana aku dan yogi pergi ke tempat buku novel, sedangkan ibu memilih pergi mencari buku resep masakan, saat aku melihat-lihat novel bagus tiba-tiba yogi menepuk bahuku dengan lembut, “astagbirullahalajim, yogiii kita bukan mahram !!” ujar ku dengan kaget, “ohh.. ia, maaf jul, aku tidak bermaksud menyentuh mu. Aku mau bilang kalau aku mau pergi ke toilet!” ujarnya dan pergi. Tangan ku merayap-rayap dan menyentuh setiap Novel hingga tak sadar aku berada di temapat buku-buku kesehatan, aku menoleh ke samping, tanpa disadari pria di sampingku adalah luki, “ka Luki ?” Tanya ku dan mencoba memastikan, “siapa ya ? oh.. Juli ya ?” sapanya dengan ragu. Kami mengobrol dengan singkat, sekarang aku lega mengetahui kabarnya setidaknya untuk memastikan apakah dia sudah meminang seorang gadis lain atau bahkan meminang kila, kenyataannya dia belum meminang gadis manapun karena sedang sibuk dengan pekerjaannya, pengetahuan yang membawanya ke toko buku ini karena di ibu kota, toko buku sangat mahal dan kurang lengkap, jadi dia memutuskan untuk ke bandung, saat kami tengah asik mengobrol tiba-tiba yogi datang menghampiri ku “euh…. Juli, siapa laki-laki ini? tak baik calon pengantin berbicara dengan yang bukan mahromnya !” ucapnya dengan ketus, mendengar hal itu luki terdiam dan roboh, kemudian yogi mengajak ku pulang dan mencari ibu, saat di mobil yogi terdiam kesal kepada ku suasana yang tak nyaman, “kesempatanku hilang, aku mencintai Luki, hanya luki bukan pria disampingku” ucapku dalam hati.
Satu bulan ku jalani dengan yogi, keluarga dari pihak yogi mengunjungi rumahku, mereka mempertanyakan hunbunganku dengannya. “saya.. ragu bu. Kalau boleh saya Jujur saya tidak nyaman dengan yogi!” ucapku kepada keluarga yogi. “apa artinya kamu, menolak pinangan yogi ?” tanyanya,  “ Maafkan saya.” ucapku dengan lembut. Melihat kenyataan semua itu, yogi terdiam dan roboh kemudian dia pulang. Aku bisa benafas lega, saat semuanya berakhir hingga aku tuangkan perasaan ku lewat media social twitter “cinta ini akan selalu ada, hingga tak ada satupun pria yang ku tempatkan di hati ini, meski ia telah mencobanya” tulisku di twitter. satu minggu kemudian datanglah seorang laki-laki memakai peci dan celana hitam, baju koko berwarna putih, bersama bundanya. “tok..tok..tok, Assalamuallaikum “ ucap salam dari pria itu, pintu di buka oleh ayah, dan mempersilakannya masuk. Saat ayah mengobrol dengannya, tiba-tiba ibu memanggil di kamar ku untuk ke ruang tamu dan menyuruh ku berpakaian rapi, namun aku menolak berpakaian rapi, aku bersama ibu pun menemui pria yang mencoba mentaa’ruf ku lagi. setelah ku lihat sangat jelas, laki-laki itu adalah Luki dan bundanya, langkahku terhenti, dan mulai kaku, sekaligus malu karena penampilanku seperti ini. “ini Julia anak saya, yang ingin kau persunting!!” ucap ayah pada luki, aku duduk di sebelah ayah dan menundukan pandangan ku “ia, insyaallah jika taa’ruf saya di terima saya akan mengkhitbah juli bulan depan” ujar luki, tanpa ragu aku menerimanya.
Selama proses taa’ruf berjalan, kami mencoba mengenal satu sama lain. hari lamaran pun tiba, aku bersiap untuk hari ini. Laki-laki impianku bahkan aku merias diri sangat lama, saat aku selesai Make-up , aku mencium bau gosong dari dapur hingga aku sempatkan untuk membantu ibu membuat kue lagi bersama lilis dan saudara ku, walupun mereka melarangnya. Tak terasa rombongan keluarga luki datang sedangkan make-up ku luntur karena hawa dapur, aku sangat kebingungan bahkan bulu mata yang ku kenakan hilang sebelah, orang-orang di dapur memarahi ku namun lilis sahabtku membawa ku ke kamar dan menata rias seadanya karena ibu sudah memanggilku berulang kali, aku pergi menemui semuanya dan Luki melempar senyuman padaku, aku membalasnya. senang. Lamaran pun selesai.
Bulan depan kami akan menikah, aku mempersiapkan semuanya seperti gaun pengantin, dll. Aku di ajak Luki untuk memesan undangan, saat di mobil kami hanya diam kemudian saat rasa sunyi itu mulai lama luki memulai percakapan terlebih dahulu “kamu, dari tadi diam saja, apa kamu tidak senang ?” Tanyanya sembari menyetir, “aa..aku, bahagia. Aku ingin tau, apa yang membuatmu ingin menikahi ku? Tanya ku dengan gugup. “aku tak sengaja melihat akun twitter mu, dan membaca salah satu statusmu. Jadi ku fikir kau membatalkan rencana pernikahan mu dengan pria itu!” ujarnya dengan tenang. Sesampainya di percetakan undangan, kami memesan sesuai kesepakatan bersama dan pulang.
Hari pernikahan telah tiba, wajahku di rias habis-habisan, aku sangat cantik. hingga tak terasa mempelai pria sudah datang, Deg..deg..deg.. itu yang kurasa saat ini, aku bahagia dan gugup, hingga acara ijab kobul tiba, aku di persilakan duduk di sampingnya. “sebentar lagi kita akan memulai hidup baru bersama” ucap ku dalam hati. Selesai ijab kobul dia memandangku. “Apakah yang di depan ku ini bidadari surga, insyaallah” pujinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar