Saat kehidupan ku yang benar-benar terasa
sempurna karena cinta dan keluarga membuatku merasa menjadi manusia yang paling
beruntung di dunia ini, Iman adalah pacar terbaik yang pernah ku miliki dia
adalah kaka kelas ku, dua tahun lebih ku jalani hubungan bersamanya, kami
saling melengkapi satu sama lain. Dia sangat menyayangiku dan menjaga ku,
bahkan dia juga dekat dengan keluarga ku, terutama dengan ayah. Sekilas cerita
itu sangat indah, namun tuhan memang hebat, dengan sekejab kehidupan sempurna
itu lenyap begitu saja. Aku di tinggalkan pergi oleh Iman bukan karena orang
ketiga tapi karena dia di vonis dokter positif Hepatitis C hingga akhirnya dia
pergi ke singapura untuk berobat tanpa mengabari ku sepatah kata pun. Aku
sangat terkejut dan sedih, selama dua tahun dia menutupi kebohongan penyakitnya
ini. Hal serupa juga terjadi pada ayahku, beliau di vonis AIDS, hingga beberapa
bulan ayah di rawat di rumah sakit namun sayangnya nyawanya tak tertolong.
Betapa terpukulnya hati ibu saat itu, laki-laki yang di anggap
baik,jujur,bertanggung jawab dan penyayang ternyanta hanya penghianat, ayah
sering bermain dengan PSK, ungkapnya dalam pengakuannya sebelum dia meninggal.
Masa lalu ku kubur dalam-dalam dan
ku telan dengan pahit, kini hidup ku sangat sederhana. Saat aku lulus SMA, aku
bekerja menjadi waiters di caffe. Aku menjadi
tulang punggung keluarga untuk menyekolahkan adik ku putri yang duduk di bangku
kelas satu SMP. Meskipun ibu sendiri juga membuka usaha warung sembako kecil, namun
tida menutup kemungkinan impian ku untuk kuliah dan ingin menjadi seorang
dokter gigi harus kandas, dua tahun aku coba jalani kesusahan hidup ku, aku dan
ibu juga mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku, memang jurusan yang ku ambil
bukanlah dokter melainkan jurusan ekonomi, tapi setidaknya ini bisa membantu
kehidupanku nanti. “tiara, apa kau sudah siap untuk daftar hari ini ?” Tanya
ibu pada ku. “ibu, doakan saja tia agar lolos masuk Universitas negeri” ujarku
dengan semangat. Sesampainya dikampus aku sangat kebingungan, hingga aku
meminta tolong pada pria yang mengenakan baju kemeja rapi untuk mengantarkan ku
ke pendaftaran, namun ternyata pria itu yang kebetulan mengurus pendaftarannya.
“Tiara rahayu, silakan isi formulir, kemudian biaya pendaftarannya Rp.300000.”
Ucap pria yang menjaga pendaftaran itu, sekilas aku jadi terfikir pada
seseorang. Selang 3 hari aku kembali ke kampus itu untuk menyerahkan
persyaratan. Aku bertemu kembali dengan pria si bapa muda itu lagi, tapi
sepertinya bapa muda itu sedang di kelilingi mahasiswa, aku merasa ada yang
aneh dengannya, kemudian aku berjalan menuju pendaftaran dan ternyata yang
menjaga pendaftaran itu bukan orang yang sama seperti yang kemarin, mungkin
bapa muda yang kemarin sedang sibuk. Sepulangnya dari kampus itu, aku kembali
ke caffe tempat mencari penghasilan ku. Saat senja mulai datang suasana caffe
menjadi sepi namun belum pernah sesepi hari ini, seperti tak berpenghuni,
kemudian tiba-tiba muncul pria bertopi putih dan duduk di pojok dan memanggil
“Mbak..!!” ucapnya. Akupun menghampirinya dan dia pun memesan, saat aku
mengantarkan pesanannya pria itu langsung pergi dan meninggalkan uang
pembayaran. Karena penasarana, aku langsung membungkus pesanannya dan mengejar
pria bertopi itu menggunakan sepeda motor.
***
Sakit sekali, seluruh badanku
rasanya perih, entah apa yang terjadi tiba-tiba aku ada di rumah sakit dan pria
bertopi itu ada di sampingku, “aaww… perih sekali, dan kenapa aku disini dan
siapa kamu? Ucap ku meringis kesakitan. Namun setelah ku perhatikan begitu
dekat ternyata orang ini adalah pria yang memakai topi putih yang meninggalkan
uangnya begitusaja di meja. “Oh ia, pesanan bapaaaa… akan saya ganti maafkan
saya!!” ucap ku, “lupakan saja, bagaimana keadaan mu tiara ?” tanya-nya dengan
khawatir. “apaaa?? Kenapa kamu tau nama aku ? siapa kamu sebenarnya ?. ucapku
dengan sangat kaget. Perlahan pria itu membuka topi putih yang menutupi
wajahnya, ternyata setelah ku perhatikan baik-baik dia adalah bapa muda yang
ada di kampus itu, aku semakin kaget dan malu. “tadi motor kamu terserempet
mobil saat mengejar saya dan badan kamu terpental ke terotoar lalu kamu
pingsan, jadi saya bawa kamu kesini” ucapnya. “ohhh.. lalu dimana motor saya,
itu bukan milik saya tapi milik bos saya, saya bisa di pecat !!” ujar ku dengan
panik, namun ternyata bapa muda itu mengantarkan motor ku ke caffe, “kamu
pingsan selama 3 jam, apa kamu mau rawat inap, saya yang bayarkan biayanya”
ucapnya pada ku. “ tidak, ibu dan adik ku pasti cemasss aku ingin pulang!!”
ucapku dengan meringis kesakitan. Bapa muda itu terus menerus meminta pada ku
untuk mengantarkan ku pulang, taapi aku menolaknya dan kabur dari hadapannya,
hingga akhirnya aku lolos darinya. Sesampainya di rumah ibu sangat khawatir
pada ku dan terus bertanya. Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa di caffe,
saat langit berganti berwarna merah tua,
menjadi hitam yang lembut, hari itu pelanggan selalu sepi di jam 8 malam namun
tidak sesepi kemarin, menunggu pelanggan yang tak seberapa jumlahnya pulang
dengan perut kenyang dan menunggu jam kerja ku selesai, aku duduk di kursi
pelanggan dan mengingat-ingat kejadian itu sambil menopang dagu dan
sesekali melirik jam dinding yang berputar ke angka 9 malam, “hahh… rasanya aku
tidak bisa melupakan kejadian semalam” ucap ku sembari menghela nafas. “nanti
juga hilang sendiri” ujar laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapanku disaat
semua pelanggan pulang meninggalkan caffe, hal itu membuatku terkejut dan malu karena
laki-laki yang berdiri di hadapan ku adalah bapa muda kemarin yang menggunakan
topi putih, “aa..euu..ehh.. seeelaamat datang di caffe kami, silakan duduk anda
mau pesan apa?” ucap ku dengan gugup “saya ingin secangkir kopi susu panas”
pesannya, aku segera membuatkan pesanannya dan yang aku anehkan adalah setiap
kali dia datang ke caffe ku semua pengunjung selalu tiba-tiba pergi dan suasana
caffe menjadi sepi, saat itu hanya ada aku dan dia. Saat aku letakan pesanannya
di meja tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang, ini adalah perasaan yang
lama sudah tak kurasakan. “sudah lama saya tidak mampir ke caffe ini,
suasananya banyak sekali perubahan namun cita rasa dalam makananya masih sama”
ucapnya pada ku secara tiba-tiba, aku hanya mengangguk dan tersenyum, tidak
banyak bicara. “ohh begiu yah” ucap ku sambil menggaruk –garuk kepala, “waktu
saya kecil saya sering kesini bersama ibu saya, kemudian saya pindah rumah dan
setelah umur 24 tahun ini saya baru menemukan caffe ini lagi” ucapnya sambil
meneguk kopinya, “ohh… begitu ya pa” ujar ku dengan terheran-heran, entah
sengaja atau bagaimana dia sangat lama sekali meminum kopi nya itu, mungkin
saja kopinya itu sudah dingin, hingga jam 10 malam akhirnya dia pulang.
Oh iyah, Penantianku selama satu minggu
kini datang, aku di terima di kampus itu dengan jalur prestasi dan masuk kelas
leguler, kini aku tinggal menghitung minggu untuk mulai pembelajaran disana.
penantian 3 bulan sudah ku lalui, hari pertama masuk kuliah aku sangat tegang
dan bersemangat, aku sangat terkejut melihat dosen yang pertama masuk, dia
adalah bapa muda yang waktu itu ada di pendaftaran, dan namanya adalah pa
galang. Aku tak menyangka dia adalah dosen, berarti aku salah sangka dan aku
sangat malu. Hari ini dia akan mengajar pada mata kuliah yang pertama, dan saat
melihatnya perasaan yang lama tida ku rasakan ini tiba-tiba hadir kembali, dan
setelah pa galang pergi persaan ini hilang. Sudah ku duga ini adalah persaan
tertarik, seperti dulu ke Iman, bahkan rasanya lebih aneh. Satu semester ku alami pembelajaran dengan pa galang, dia
dosen muda yang tegas dan berwibawa bahkan tak jarang mahasiswi mendekatinya,
namun dia selalu menolaknya dan bersikap seperti dosen dan mahasiswa, tapi
entah perasaan ku saja atau bagaimana, rasanya aku seperti di spesialkan
olehnya bahkan kami sering berdiskusi seperti teman namun tetap dengan
professional, seringkali mahasiswi iri pada ku bahkan mereka kadang
mengolok-olok diri ku, aku tak menghiraukanya.
Hal yang ku tunggu-tunggu yaitu menunggu
semester akhir aku ingin segera lulus dan ingin pergi dari hidup pa galang, aku
sangat sakit hati saat mendengar berita pa galang akan menikah dengan mahasiswi
disini, karena selama ini dia sudah memberi harapan palsu pada ku, aku semakin
sadar aku hanya di anggap anak didiknya saja yang di spesialkan , bukankah itu
hal wajar karena pasti di setiap sekolah di seluruh dunia ada anak didik yang
di favoritkan gurunya, mungkin aku hanya GR saja, beberapa semester ku lalui
bersama pa galang di bandingkan dengan teman-teman ku, aku merasa sangat nyaman
sekali, tapi sayangnya dia akan segera menikah, dan sering kali aku menjauhinya
atau bahkan bersikap dingin padanya, rasanya cinta ini sudah terlalu dalam
rupanya. Hari wisuda tiba, aku senang atau sedih mungkin inilah yang ku
rasakan, karena sebentar lagi aku akan berpisah dengan teman-teman ku, kampus
ini terutama dosen ku yang paling muda yaitu pa galang. “ibu, putri, bagaimana
penampilan tia hari ini ?” Tanya ku sembari berceemin. “kaka pasti jadi yang
paling tercantik saat di wisuda nanti” puji adiku sambil tersenyum. Saat tiba
di kampus, aku datang menggunakan mobil paman ku, aku di sambut oleh pa galang
dan melempar senyumnya ke arah ku, aku pun membalas senyumnya dan berjalan ke
arahnya “pagi, pa” ucap ku dengan datar “pagi tiara, ibu, bapa, dan hallo
putri” ucapnya pada keluarga ku. Kemudian putri adik ku berkata “ini calon
suami ka tiara ya bu ?” ucapnya. Mendengar hal itu aku terkejut dan menginjak
kaki putri, “ia, tia dia ini dosen sekaligus calon suami mu nanti, na’ galang
ini dua hari yang lalu datang ke rumah saat kamu sedang pergi memesan kebaya
bersama teman mu, dia datang bersama orang tuanya dan ingin melamarmu, sekarang
bagaimana jawabannmu ?’ ucap ibu pada ku. Aku sangat terkejut dan malu aku
menjawabnya dan menerima lamaran itu
dengan penuh pertimbangan dan
malu-malu. Ternyata mahasiswi yang di maksud adalah aku.
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar