Sabtu, 08 Oktober 2016

Bapa Dosen muda

Saat kehidupan ku yang benar-benar terasa sempurna karena cinta dan keluarga membuatku merasa menjadi manusia yang paling beruntung di dunia ini, Iman adalah pacar terbaik yang pernah ku miliki dia adalah kaka kelas ku, dua tahun lebih ku jalani hubungan bersamanya, kami saling melengkapi satu sama lain. Dia sangat menyayangiku dan menjaga ku, bahkan dia juga dekat dengan keluarga ku, terutama dengan ayah. Sekilas cerita itu sangat indah, namun tuhan memang hebat, dengan sekejab kehidupan sempurna itu lenyap begitu saja. Aku di tinggalkan pergi oleh Iman bukan karena orang ketiga tapi karena dia di vonis dokter positif Hepatitis C hingga akhirnya dia pergi ke singapura untuk berobat tanpa mengabari ku sepatah kata pun. Aku sangat terkejut dan sedih, selama dua tahun dia menutupi kebohongan penyakitnya ini. Hal serupa juga terjadi pada ayahku, beliau di vonis AIDS, hingga beberapa bulan ayah di rawat di rumah sakit namun sayangnya nyawanya tak tertolong. Betapa terpukulnya hati ibu saat itu, laki-laki yang di anggap baik,jujur,bertanggung jawab dan penyayang ternyanta hanya penghianat, ayah sering bermain dengan PSK, ungkapnya dalam pengakuannya sebelum dia meninggal.
            Masa lalu ku kubur dalam-dalam dan ku telan dengan pahit, kini hidup ku sangat sederhana. Saat aku lulus SMA, aku bekerja menjadi waiters di  caffe. Aku menjadi tulang punggung keluarga untuk menyekolahkan adik ku putri yang duduk di bangku kelas satu SMP. Meskipun ibu sendiri juga membuka usaha warung sembako kecil, namun tida menutup kemungkinan impian ku untuk kuliah dan ingin menjadi seorang dokter gigi harus kandas, dua tahun aku coba jalani kesusahan hidup ku, aku dan ibu juga mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku, memang jurusan yang ku ambil bukanlah dokter melainkan jurusan ekonomi, tapi setidaknya ini bisa membantu kehidupanku nanti. “tiara, apa kau sudah siap untuk daftar hari ini ?” Tanya ibu pada ku. “ibu, doakan saja tia agar lolos masuk Universitas negeri” ujarku dengan semangat. Sesampainya dikampus aku sangat kebingungan, hingga aku meminta tolong pada pria yang mengenakan baju kemeja rapi untuk mengantarkan ku ke pendaftaran, namun ternyata pria itu yang kebetulan mengurus pendaftarannya. “Tiara rahayu, silakan isi formulir, kemudian biaya pendaftarannya Rp.300000.” Ucap pria yang menjaga pendaftaran itu, sekilas aku jadi terfikir pada seseorang. Selang 3 hari aku kembali ke kampus itu untuk menyerahkan persyaratan. Aku bertemu kembali dengan pria si bapa muda itu lagi, tapi sepertinya bapa muda itu sedang di kelilingi mahasiswa, aku merasa ada yang aneh dengannya, kemudian aku berjalan menuju pendaftaran dan ternyata yang menjaga pendaftaran itu bukan orang yang sama seperti yang kemarin, mungkin bapa muda yang kemarin sedang sibuk. Sepulangnya dari kampus itu, aku kembali ke caffe tempat mencari penghasilan ku. Saat senja mulai datang suasana caffe menjadi sepi namun belum pernah sesepi hari ini, seperti tak berpenghuni, kemudian tiba-tiba muncul pria bertopi putih dan duduk di pojok dan memanggil “Mbak..!!” ucapnya. Akupun menghampirinya dan dia pun memesan, saat aku mengantarkan pesanannya pria itu langsung pergi dan meninggalkan uang pembayaran. Karena penasarana, aku langsung membungkus pesanannya dan mengejar pria bertopi itu menggunakan sepeda motor.
***


            Sakit sekali, seluruh badanku rasanya perih, entah apa yang terjadi tiba-tiba aku ada di rumah sakit dan pria bertopi itu ada di sampingku, “aaww… perih sekali, dan kenapa aku disini dan siapa kamu? Ucap ku meringis kesakitan. Namun setelah ku perhatikan begitu dekat ternyata orang ini adalah pria yang memakai topi putih yang meninggalkan uangnya begitusaja di meja. “Oh ia, pesanan bapaaaa… akan saya ganti maafkan saya!!” ucap ku, “lupakan saja, bagaimana keadaan mu tiara ?” tanya-nya dengan khawatir. “apaaa?? Kenapa kamu tau nama aku ? siapa kamu sebenarnya ?. ucapku dengan sangat kaget. Perlahan pria itu membuka topi putih yang menutupi wajahnya, ternyata setelah ku perhatikan baik-baik dia adalah bapa muda yang ada di kampus itu, aku semakin kaget dan malu. “tadi motor kamu terserempet mobil saat mengejar saya dan badan kamu terpental ke terotoar lalu kamu pingsan, jadi saya bawa kamu kesini” ucapnya. “ohhh.. lalu dimana motor saya, itu bukan milik saya tapi milik bos saya, saya bisa di pecat !!” ujar ku dengan panik, namun ternyata bapa muda itu mengantarkan motor ku ke caffe, “kamu pingsan selama 3 jam, apa kamu mau rawat inap, saya yang bayarkan biayanya” ucapnya pada ku. “ tidak, ibu dan adik ku pasti cemasss aku ingin pulang!!” ucapku dengan meringis kesakitan. Bapa muda itu terus menerus meminta pada ku untuk mengantarkan ku pulang, taapi aku menolaknya dan kabur dari hadapannya, hingga akhirnya aku lolos darinya. Sesampainya di rumah ibu sangat khawatir pada ku dan terus bertanya. Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa di caffe, saat  langit berganti berwarna merah tua, menjadi hitam yang lembut, hari itu pelanggan selalu sepi di jam 8 malam namun tidak sesepi kemarin, menunggu pelanggan yang tak seberapa jumlahnya pulang dengan perut kenyang dan menunggu jam kerja ku selesai, aku duduk di kursi pelanggan dan  mengingat-ingat  kejadian itu sambil menopang dagu dan sesekali melirik jam dinding yang berputar ke angka 9 malam, “hahh… rasanya aku tidak bisa melupakan kejadian semalam” ucap ku sembari menghela nafas. “nanti juga hilang sendiri” ujar laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapanku disaat semua pelanggan pulang meninggalkan caffe, hal itu membuatku terkejut dan malu karena laki-laki yang berdiri di hadapan ku adalah bapa muda kemarin yang menggunakan topi putih, “aa..euu..ehh.. seeelaamat datang di caffe kami, silakan duduk anda mau pesan apa?” ucap ku dengan gugup “saya ingin secangkir kopi susu panas” pesannya, aku segera membuatkan pesanannya dan yang aku anehkan adalah setiap kali dia datang ke caffe ku semua pengunjung selalu tiba-tiba pergi dan suasana caffe menjadi sepi, saat itu hanya ada aku dan dia. Saat aku letakan pesanannya di meja tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang, ini adalah perasaan yang lama sudah tak kurasakan. “sudah lama saya tidak mampir ke caffe ini, suasananya banyak sekali perubahan namun cita rasa dalam makananya masih sama” ucapnya pada ku secara tiba-tiba, aku hanya mengangguk dan tersenyum, tidak banyak bicara. “ohh begiu yah” ucap ku sambil menggaruk –garuk kepala, “waktu saya kecil saya sering kesini bersama ibu saya, kemudian saya pindah rumah dan setelah umur 24 tahun ini saya baru menemukan caffe ini lagi” ucapnya sambil meneguk kopinya, “ohh… begitu ya pa” ujar ku dengan terheran-heran, entah sengaja atau bagaimana dia sangat lama sekali meminum kopi nya itu, mungkin saja kopinya itu sudah dingin, hingga jam 10 malam akhirnya dia pulang.
Oh iyah, Penantianku selama satu minggu kini datang, aku di terima di kampus itu dengan jalur prestasi dan masuk kelas leguler, kini aku tinggal menghitung minggu untuk mulai pembelajaran disana. penantian 3 bulan sudah ku lalui, hari pertama masuk kuliah aku sangat tegang dan bersemangat, aku sangat terkejut melihat dosen yang pertama masuk, dia adalah bapa muda yang waktu itu ada di pendaftaran, dan namanya adalah pa galang. Aku tak menyangka dia adalah dosen, berarti aku salah sangka dan aku sangat malu. Hari ini dia akan mengajar pada mata kuliah yang pertama, dan saat melihatnya perasaan yang lama tida ku rasakan ini tiba-tiba hadir kembali, dan setelah pa galang pergi persaan ini hilang. Sudah ku duga ini adalah persaan tertarik, seperti dulu ke Iman, bahkan rasanya lebih aneh. Satu semester  ku alami pembelajaran dengan pa galang, dia dosen muda yang tegas dan berwibawa bahkan tak jarang mahasiswi mendekatinya, namun dia selalu menolaknya dan bersikap seperti dosen dan mahasiswa, tapi entah perasaan ku saja atau bagaimana, rasanya aku seperti di spesialkan olehnya bahkan kami sering berdiskusi seperti teman namun tetap dengan professional, seringkali mahasiswi iri pada ku bahkan mereka kadang mengolok-olok diri ku, aku tak menghiraukanya.
Hal yang ku tunggu-tunggu yaitu menunggu semester akhir aku ingin segera lulus dan ingin pergi dari hidup pa galang, aku sangat sakit hati saat mendengar berita pa galang akan menikah dengan mahasiswi disini, karena selama ini dia sudah memberi harapan palsu pada ku, aku semakin sadar aku hanya di anggap anak didiknya saja yang di spesialkan , bukankah itu hal wajar karena pasti di setiap sekolah di seluruh dunia ada anak didik yang di favoritkan gurunya, mungkin aku hanya GR saja, beberapa semester ku lalui bersama pa galang di bandingkan dengan teman-teman ku, aku merasa sangat nyaman sekali, tapi sayangnya dia akan segera menikah, dan sering kali aku menjauhinya atau bahkan bersikap dingin padanya, rasanya cinta ini sudah terlalu dalam rupanya. Hari wisuda tiba, aku senang atau sedih mungkin inilah yang ku rasakan, karena sebentar lagi aku akan berpisah dengan teman-teman ku, kampus ini terutama dosen ku yang paling muda yaitu pa galang. “ibu, putri, bagaimana penampilan tia hari ini ?” Tanya ku sembari berceemin. “kaka pasti jadi yang paling tercantik saat di wisuda nanti” puji adiku sambil tersenyum. Saat tiba di kampus, aku datang menggunakan mobil paman ku, aku di sambut oleh pa galang dan melempar senyumnya ke arah ku, aku pun membalas senyumnya dan berjalan ke arahnya “pagi, pa” ucap ku dengan datar “pagi tiara, ibu, bapa, dan hallo putri” ucapnya pada keluarga ku. Kemudian putri adik ku berkata “ini calon suami ka tiara ya bu ?” ucapnya. Mendengar hal itu aku terkejut dan menginjak kaki putri, “ia, tia dia ini dosen sekaligus calon suami mu nanti, na’ galang ini dua hari yang lalu datang ke rumah saat kamu sedang pergi memesan kebaya bersama teman mu, dia datang bersama orang tuanya dan ingin melamarmu, sekarang bagaimana jawabannmu ?’ ucap ibu pada ku. Aku sangat terkejut dan malu aku menjawabnya dan menerima lamaran itu  dengan penuh pertimbangan dan  malu-malu. Ternyata mahasiswi yang di maksud adalah aku.


tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar