Sabtu, 08 Oktober 2016

Juru masak dari minang

Terkenal dengan masakannya yang lezat dan berkualitas, uda zaenal sering di panggil oleh warga sekampung di acara hajatan atau acara besar sebagai juru masak, bahkan kabarnya dia juga sering memenangkan perlombaan memasak yang dia ikuti, penghargaan yang dia miliki menumpuk di rumahnya yang megah. Walau terdengar dengan keahlian memasaknya, tetap saja pria berumur 25 tahun itu di kenal sebagai pria yang dermawan,ramah dan rendah hati, sayangnya dalam hubungan asmara dia tak sehebat saat membalikan spatulanya, kegagalan dalam mencari pasangan selalu dia rasakan, padahal di luar sana banyak perempuan cantik yang mengantre untuk dipersunting, entah tipikel seperti apa yang dia inginkan. Muda,sukses dan berbakat luar biasa rasanya memang kurang sedap jika tanpa pendamping hidup, mungkin itu bumbu yang kurang dalam hidupnya.
Suatu hari di halaman belakang rumahnya, uda zaenal memang memelihara hewan untuk dimasak dan di jual, seperti hewan ungas, sapi, kerbau, kambing dan ikan tawar, karena itu lah dia dapatkan sendiri bahan yang berkualitas, suatu ketika dia pernah berbicara dengan seekor sapi miliknya, dia mengobrol seakan-akan kalau sapi itu adalah manusia, “pi..sapi, ambo inda akan menyembelih kau sampai kapan pun, kau ini sapi kesayangan ku, meskipun kau sudah tua dan pasti rasa daging mu itu alot” ucap zaenal sambil mengelus-elus sapi, “mmoooo !!” ujar sapi sambil mengipas-ngipas ekornya. “heehh, apa baru saja kau jawab omonganku hah ?” tanyanya semabari mengambil rumput untuk sapinya, tak lama kemudian muncul mak Uwo yaitu ibu zaenal yang datang secara tiba-tiba, “amboyyy!! Heh zae, kau ini macam kurang kerja sajo mengelus-elus sapi, sudah sepantas nya kau ini mengelus-elus perempuan, kapan kau akan menikah hah ?” ucap mak Uwo dengan tegas, para hewan di peternakan itu yang sedang makan menyaksikan adu mulut yang terjadi antara uda zaenal dan mak uwo.
Rasanya baru saja dia beristirahat kemarin, namun sudah ada panggilan untuk memasak di kampung sebelahnya, “hehh.. kerja  !kerja! kerja! Itu saja yang kau lakukan!” ucap mak uwo dengan menggerutuk “ala mak, ya memang ini kegiatan seorang pria sejati, ya… harus bekerja” ujar zaenal, “bukan itu maksud emak, kau ini saban hari bekerja untuk siapa lagi? harta mu kan sudah banyak, berilah emak mu ini cucu” ucap mak uwo, zaenal yang setiap hari mendengar perkataan emaknya itu merasa lelah “lama-lam kuping ku ini pegal mendengar omongan emak” ucap zaenal dengan mengeluh dan pergi menaiki sepeda ontelnya. Setibanya disana zaenal bertemu dengan rindang, calon istri idris dari desa sebrang yang dimana lusa mereka akan menikah, sebelumnya zaenal tidak pernah terpikau pada calon istri orang namun kali ini saat pertama kali melihat rindang, zaenal merasa terpikat dengan kecantikan rindang. “ehh.. apa kau ini uda zaenal ?” Tanya rindang padanya “euh… iyah, aku zaenal “ ujarnya dengan gugup, “wah.. benar kata orang, kau ini memang rendah hati, untuk kerja saja kau memakai sepeda, padahal kau ini orang berada“ puji rindang, “ah.. tidak, kebetulan tempatnya dekat dengan rumah ku” ujar zaenal dengan malu-malu,  “kalau begitu uda, kau sudah di tunggu di dapur” ucap rindang sambil tersenyum padanya. Zaenal yang teringat dengan wajah rindang yang sanagat cantik itu tidak seperti biasanya tidak focus bekerja, tangannya tersayat pisau saat memotong bawang bombay, “hati-hati uda, pisau itu memang baru ku beli tadi di pasar” ucap mak usan, bibi dari rindang. “ah.. tidak, aku sudah terbiasa jangan khawatir” ujar zaenal sembari membersihkan lukanya. Saat menjelang siang semua juru masak beristirahat untuk makan dan sembahyang, saat zaenal hendak berangkat mengambil air wudhu tak sengaja dia mendengar rindang di marahi ibu nya yaitu umi siti, “umi inda mau tau, lusa kau harus menikah dengan idris laki-laki kaya itu” ucap umi sambil berdiri memarahi rindang, “tapi umi, aku tidak mencintai pria hidung belang itu” ujar rindang dengan menangis, “apa boleh buat, pernikahan mu tinggal menghitung hari, lagi pula kau harus berbakti pada orang tua” ujar umi sambil bolak balik, “yang punya hutang itu kan kakak ku, kenapa harus rindang yang membayarnya” ujar rindang, setelah rindang berbicara terlalu banyak, umi siti malah pergi meninggalkan rindang di kamar pengantinnya sambil menangis.
Zaenal yang mendengar percakapan anatara umi siti dan rindang sangat terkejut, “amboy !! belum pernah ambo menyaksikan calon pengantin bersedih karena harus menikah” ucapnya dengan pelan. Sore harinya zaenal siap-siap pulang, karena pekerjaannya sudah selesai, namun saat dia ingin mengambil sepedanya tiba-tiba sepedanya hilang “amboy !! kemano sepada ku ? apa ambo lupa menyimpannyo ?” ucap nya sambil mengingat-ingat, kemudian dia menanyakan sepedanya itu pada orang-orang disana namun tidak ada yang mengetahuinya, karena sudah hampir malam juga belum dia temukan sepedanya maka dia memutuskan untuk berjalan kaki. “ala mak, padahal cuma sepeda sajo ada yang mengambilnyo apalagi kalau motor” ucapnya sembari menggerutuk dan berjalan menyusuri jalan setapak, karena kesal zaenal menendang batu dengan sekuat tenaga, untungnya batu yang dia tendang mengenai seorang gadis yang ternyata membawa sepedanya pergi, melihat hal itu zaenal menghampiri gadis itu dan ternyata setelah di perhatikan dari dekat gadis itu adalah rindang, “astagbirulohaladzim ! rupa nyo kau rindang yang membawa sepeda ku” Tanya zaenal terheran-heran, “maaf uda, aku hanya ingin meminjam sepedamu sajo” ucapnya dengan ketakutan, “ohh.. ya sudah, kalau macam tuh, aku antar kau pulang, tak baik calon pengantin berkeliaran malam-malam begini” ucapnya sambil menghela nafas, “tidak..tidak uda, aku ingin ikut dengan kau sajo, aku tidak mau menikah, tolong lah akuu” ucap rindang sambil menangis-nangis, mendengar hal itu zaenal sangat kaget dan kebingungan, namun akhirnya zaenal membawa rindang pulang kerumahnya.
“ala mak, apa itu zaenal ? sama siapa dia ?” ucap mak uwo terheran-heran sambil mengintip di jendela depan, sesampainya di depan pintu zaenal dan rindang berhenti untuk mengamankan sepedanya itu, mak uwo yang sedang mengintip di jendela akhirnya mengetahui gadis yang bersama zaenal dan segera keluar menemui mereka berdua “eh..eh.. macam kenal, kau ini rindang yang akan menikah lusa itu kan ? sedang apa kau disini ?” Tanya mak uwo pada rindang, namun zaenal yang tiba-tiba datang berbisik pada emak nya, “mak, suruh masuk lah dia, tak sopan mengobrol di luar malam-malam begini” bisik zaenal, mak uwo pun mengangguk dan mempersilakan rindang masuk, “mak, tolong lah biarkan aku bekerja disini, aku tak mempermasalakan upahnya, asalkan aku ada tempat tinggal dan bisa makan itu saja sudah cukup” ucap rindang sambil memohon-mohon, mendengar permohonan itu mak uwo sangat kaget, “aaapaah? Kau inda salah rindang, kau akan menikah dengan orang kaya ! untuk apa kau bekerja keras macam tuh ?” ucap mak uwo dengan kaget, “inda, rindang inda jadi menikah, rindang kabur mak” ucapnya dengan menundukan kepala, mendengar hal itu mak uwo menjadi sangat kaget dan heran, kemudian mak uwo pun menarik tangan zaenal ke dapur untuk membicarakan masalah ini hingga akhirnya mak uwo mengetahui kalau rindang menikah karena paksaan orang tuanya untuk melunasi hutang kakaknya rindang yang tidak bertanggung jawab itu, setelah dipikir-pikir mak uwo tidak mengizinkan rindang untuk bekerja, apalagi tinggal bersamanya karena dia takut kalau warga berpikir bahwa zaenal yang telah membawa rindang pergi dari pernikahannya, “maafkan mak rindang tapi kau tidak boleh lari dari masalah mu, pulanglah nak, mak dan zaenal akan mengantarkan mu naik mobil” ucap mak uwo dengan bijaksana, kemudian rindang mengangguk terpaksa dengan kecewa dan sedih.
Saat tiba di rumah rindang, mak uwo yang turun dari mobil berniat untuk mengantarkan rindang sampai bertemu dengan umi siti, namun rindang sepertinya tidak mau di antar, dia malah terburu-buru masuk ke rumahnya tanpa berpamitan pada mak uwo dan zaenal yang sudah mengantarnya, namun mak uwo yang melihat sikap rindang yang seperti itu pun memakluminya.


Besok adalah hari pernikahan rindang dan idris, zaenal sangat terpikir dengan cerita kehidupan rindang yang malang, dia tidak bisa tidur malam itu hingga akhirnya dia bangun dan bergegas pergi dari tempat tidurnya dan merapikan diri untuk pergi menemui idris, zaenal berpikir bahwa dia akan membayar hutang-hutang kakanya rindang, dia mempersiapkan berupa chek. Dengan diam-diam zaenal pergi menggunakan mobil dengan pelan-pelan karena takut mak uwo terbangun, sesampainya di desa tempat dimana idris tinggal, zaenal kebingungan mencari rumah idris namun zaenal ingat bahwa idris akan menikah maka dia pun mencari jalur kuning yang bertuliskan idris dan rindang, hingga akhirnya dia menemukan rumahanya.
Dengan sopan zaenal bertamu ke rumah idris dan mengetuk pintu rumahnya, setelah beberapa saat pintunya pun di buka oleh idris sendiri, setelah di persilakan masuk mereka berdua pun mengobrol dengan serius dan berbicara baik-baik akhirnya idris pun mengerti maksud kedatangan zaenal yang ingin membayar hutang dari pihak keluarga rindang, “uda zaenal, Nampak nya kau ini menyukai rindang yah ? ngomong-ngomong sudah berapa lama kau menyukainya ?” ucap idris dengan sinis, zaenal yang berpikir bahwa idris sepertinya tidak menyukai kedatanganya ke rumahanya, “ambo hanyo ingin menolong sesama umat muslim sajo, ambo baru mengenal rindang kemarin, inda ada maksud untuk menghancurkan pernikahan kalian” ucap zaenal dengan bijaksana, “lalu ?” ucapnya dengan sepatah kata, “ambo harap kau bisa mengerti kalau rindang tak mencintai kau, pernikahan inda berarti kalau inda ada kesempurnaan cinta, itulah syarat kebahagiaan dalam berumah tangga” ucap zaenal dengan bijak.
Mendengar ucapan zaenal, idris terlihat sangat marah bahkan dia pun berdiri dari tempat duduknya sambil bertepuk tangan, “wahh.. kau ini selain jago memasak, rupanya kau juga pandai merangkai kata” ucap idris, melihat wajah idris yang sepertinya akan marah besar zaenal pun tidak berkutip sedikit pun dia pikir bahwa idris akan marah, namun ternyata idris malah mengulurkan tangannya seperti berjabat tangan, “kau adalah pria sejati, akan ku batalkan pernikahan ku dengan rindang, akupun tak mencintainya, aku malah berniat untuk menceraikannya setelah satu tahun menikah” ujar idris, “kalau kau tak menginginkan rindang, kenapa kau menikahinya ? apa karena hutangnya ? memangnya berapa hutang kakanya itu ?” Tanya zaenal dengan penasaran, “500 juta, karena orang tua ku yang memaksa, rindang itu kan wanita yang sopan,cerdas dan cantik jadi mereka berniat menjodohkan ku dengan alasan hutang, tapi karena kau zaenal yang akan membayarnya, jadi tidak ada lagi alasan untuk menolak pernikahan ini, terimakasih banyak” ucap idris dengan lega.
Tepat pukul 02,00 subuh, zaenal pun pulang dan membangunkan mak uwo untuk menceritakan kejadian tadi malam, mak uwo pun mengerti dan berniat untuk melamar rindang dua minggu kedepan. Keesokan harinya pernikahan rindang dan idris memang di batalkan, tak terdengar suara sedikit pun dari rumah nya rindang kecuali cibiran dari tetangga sebelah, rindang yang merasa lega sempat terpikir orang yang telah membayar hutang kakanya itu.




tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar