Sabtu, 08 Oktober 2016

Juru masak dari minang

Terkenal dengan masakannya yang lezat dan berkualitas, uda zaenal sering di panggil oleh warga sekampung di acara hajatan atau acara besar sebagai juru masak, bahkan kabarnya dia juga sering memenangkan perlombaan memasak yang dia ikuti, penghargaan yang dia miliki menumpuk di rumahnya yang megah. Walau terdengar dengan keahlian memasaknya, tetap saja pria berumur 25 tahun itu di kenal sebagai pria yang dermawan,ramah dan rendah hati, sayangnya dalam hubungan asmara dia tak sehebat saat membalikan spatulanya, kegagalan dalam mencari pasangan selalu dia rasakan, padahal di luar sana banyak perempuan cantik yang mengantre untuk dipersunting, entah tipikel seperti apa yang dia inginkan. Muda,sukses dan berbakat luar biasa rasanya memang kurang sedap jika tanpa pendamping hidup, mungkin itu bumbu yang kurang dalam hidupnya.
Suatu hari di halaman belakang rumahnya, uda zaenal memang memelihara hewan untuk dimasak dan di jual, seperti hewan ungas, sapi, kerbau, kambing dan ikan tawar, karena itu lah dia dapatkan sendiri bahan yang berkualitas, suatu ketika dia pernah berbicara dengan seekor sapi miliknya, dia mengobrol seakan-akan kalau sapi itu adalah manusia, “pi..sapi, ambo inda akan menyembelih kau sampai kapan pun, kau ini sapi kesayangan ku, meskipun kau sudah tua dan pasti rasa daging mu itu alot” ucap zaenal sambil mengelus-elus sapi, “mmoooo !!” ujar sapi sambil mengipas-ngipas ekornya. “heehh, apa baru saja kau jawab omonganku hah ?” tanyanya semabari mengambil rumput untuk sapinya, tak lama kemudian muncul mak Uwo yaitu ibu zaenal yang datang secara tiba-tiba, “amboyyy!! Heh zae, kau ini macam kurang kerja sajo mengelus-elus sapi, sudah sepantas nya kau ini mengelus-elus perempuan, kapan kau akan menikah hah ?” ucap mak Uwo dengan tegas, para hewan di peternakan itu yang sedang makan menyaksikan adu mulut yang terjadi antara uda zaenal dan mak uwo.
Rasanya baru saja dia beristirahat kemarin, namun sudah ada panggilan untuk memasak di kampung sebelahnya, “hehh.. kerja  !kerja! kerja! Itu saja yang kau lakukan!” ucap mak uwo dengan menggerutuk “ala mak, ya memang ini kegiatan seorang pria sejati, ya… harus bekerja” ujar zaenal, “bukan itu maksud emak, kau ini saban hari bekerja untuk siapa lagi? harta mu kan sudah banyak, berilah emak mu ini cucu” ucap mak uwo, zaenal yang setiap hari mendengar perkataan emaknya itu merasa lelah “lama-lam kuping ku ini pegal mendengar omongan emak” ucap zaenal dengan mengeluh dan pergi menaiki sepeda ontelnya. Setibanya disana zaenal bertemu dengan rindang, calon istri idris dari desa sebrang yang dimana lusa mereka akan menikah, sebelumnya zaenal tidak pernah terpikau pada calon istri orang namun kali ini saat pertama kali melihat rindang, zaenal merasa terpikat dengan kecantikan rindang. “ehh.. apa kau ini uda zaenal ?” Tanya rindang padanya “euh… iyah, aku zaenal “ ujarnya dengan gugup, “wah.. benar kata orang, kau ini memang rendah hati, untuk kerja saja kau memakai sepeda, padahal kau ini orang berada“ puji rindang, “ah.. tidak, kebetulan tempatnya dekat dengan rumah ku” ujar zaenal dengan malu-malu,  “kalau begitu uda, kau sudah di tunggu di dapur” ucap rindang sambil tersenyum padanya. Zaenal yang teringat dengan wajah rindang yang sanagat cantik itu tidak seperti biasanya tidak focus bekerja, tangannya tersayat pisau saat memotong bawang bombay, “hati-hati uda, pisau itu memang baru ku beli tadi di pasar” ucap mak usan, bibi dari rindang. “ah.. tidak, aku sudah terbiasa jangan khawatir” ujar zaenal sembari membersihkan lukanya. Saat menjelang siang semua juru masak beristirahat untuk makan dan sembahyang, saat zaenal hendak berangkat mengambil air wudhu tak sengaja dia mendengar rindang di marahi ibu nya yaitu umi siti, “umi inda mau tau, lusa kau harus menikah dengan idris laki-laki kaya itu” ucap umi sambil berdiri memarahi rindang, “tapi umi, aku tidak mencintai pria hidung belang itu” ujar rindang dengan menangis, “apa boleh buat, pernikahan mu tinggal menghitung hari, lagi pula kau harus berbakti pada orang tua” ujar umi sambil bolak balik, “yang punya hutang itu kan kakak ku, kenapa harus rindang yang membayarnya” ujar rindang, setelah rindang berbicara terlalu banyak, umi siti malah pergi meninggalkan rindang di kamar pengantinnya sambil menangis.
Zaenal yang mendengar percakapan anatara umi siti dan rindang sangat terkejut, “amboy !! belum pernah ambo menyaksikan calon pengantin bersedih karena harus menikah” ucapnya dengan pelan. Sore harinya zaenal siap-siap pulang, karena pekerjaannya sudah selesai, namun saat dia ingin mengambil sepedanya tiba-tiba sepedanya hilang “amboy !! kemano sepada ku ? apa ambo lupa menyimpannyo ?” ucap nya sambil mengingat-ingat, kemudian dia menanyakan sepedanya itu pada orang-orang disana namun tidak ada yang mengetahuinya, karena sudah hampir malam juga belum dia temukan sepedanya maka dia memutuskan untuk berjalan kaki. “ala mak, padahal cuma sepeda sajo ada yang mengambilnyo apalagi kalau motor” ucapnya sembari menggerutuk dan berjalan menyusuri jalan setapak, karena kesal zaenal menendang batu dengan sekuat tenaga, untungnya batu yang dia tendang mengenai seorang gadis yang ternyata membawa sepedanya pergi, melihat hal itu zaenal menghampiri gadis itu dan ternyata setelah di perhatikan dari dekat gadis itu adalah rindang, “astagbirulohaladzim ! rupa nyo kau rindang yang membawa sepeda ku” Tanya zaenal terheran-heran, “maaf uda, aku hanya ingin meminjam sepedamu sajo” ucapnya dengan ketakutan, “ohh.. ya sudah, kalau macam tuh, aku antar kau pulang, tak baik calon pengantin berkeliaran malam-malam begini” ucapnya sambil menghela nafas, “tidak..tidak uda, aku ingin ikut dengan kau sajo, aku tidak mau menikah, tolong lah akuu” ucap rindang sambil menangis-nangis, mendengar hal itu zaenal sangat kaget dan kebingungan, namun akhirnya zaenal membawa rindang pulang kerumahnya.
“ala mak, apa itu zaenal ? sama siapa dia ?” ucap mak uwo terheran-heran sambil mengintip di jendela depan, sesampainya di depan pintu zaenal dan rindang berhenti untuk mengamankan sepedanya itu, mak uwo yang sedang mengintip di jendela akhirnya mengetahui gadis yang bersama zaenal dan segera keluar menemui mereka berdua “eh..eh.. macam kenal, kau ini rindang yang akan menikah lusa itu kan ? sedang apa kau disini ?” Tanya mak uwo pada rindang, namun zaenal yang tiba-tiba datang berbisik pada emak nya, “mak, suruh masuk lah dia, tak sopan mengobrol di luar malam-malam begini” bisik zaenal, mak uwo pun mengangguk dan mempersilakan rindang masuk, “mak, tolong lah biarkan aku bekerja disini, aku tak mempermasalakan upahnya, asalkan aku ada tempat tinggal dan bisa makan itu saja sudah cukup” ucap rindang sambil memohon-mohon, mendengar permohonan itu mak uwo sangat kaget, “aaapaah? Kau inda salah rindang, kau akan menikah dengan orang kaya ! untuk apa kau bekerja keras macam tuh ?” ucap mak uwo dengan kaget, “inda, rindang inda jadi menikah, rindang kabur mak” ucapnya dengan menundukan kepala, mendengar hal itu mak uwo menjadi sangat kaget dan heran, kemudian mak uwo pun menarik tangan zaenal ke dapur untuk membicarakan masalah ini hingga akhirnya mak uwo mengetahui kalau rindang menikah karena paksaan orang tuanya untuk melunasi hutang kakaknya rindang yang tidak bertanggung jawab itu, setelah dipikir-pikir mak uwo tidak mengizinkan rindang untuk bekerja, apalagi tinggal bersamanya karena dia takut kalau warga berpikir bahwa zaenal yang telah membawa rindang pergi dari pernikahannya, “maafkan mak rindang tapi kau tidak boleh lari dari masalah mu, pulanglah nak, mak dan zaenal akan mengantarkan mu naik mobil” ucap mak uwo dengan bijaksana, kemudian rindang mengangguk terpaksa dengan kecewa dan sedih.
Saat tiba di rumah rindang, mak uwo yang turun dari mobil berniat untuk mengantarkan rindang sampai bertemu dengan umi siti, namun rindang sepertinya tidak mau di antar, dia malah terburu-buru masuk ke rumahnya tanpa berpamitan pada mak uwo dan zaenal yang sudah mengantarnya, namun mak uwo yang melihat sikap rindang yang seperti itu pun memakluminya.


Besok adalah hari pernikahan rindang dan idris, zaenal sangat terpikir dengan cerita kehidupan rindang yang malang, dia tidak bisa tidur malam itu hingga akhirnya dia bangun dan bergegas pergi dari tempat tidurnya dan merapikan diri untuk pergi menemui idris, zaenal berpikir bahwa dia akan membayar hutang-hutang kakanya rindang, dia mempersiapkan berupa chek. Dengan diam-diam zaenal pergi menggunakan mobil dengan pelan-pelan karena takut mak uwo terbangun, sesampainya di desa tempat dimana idris tinggal, zaenal kebingungan mencari rumah idris namun zaenal ingat bahwa idris akan menikah maka dia pun mencari jalur kuning yang bertuliskan idris dan rindang, hingga akhirnya dia menemukan rumahanya.
Dengan sopan zaenal bertamu ke rumah idris dan mengetuk pintu rumahnya, setelah beberapa saat pintunya pun di buka oleh idris sendiri, setelah di persilakan masuk mereka berdua pun mengobrol dengan serius dan berbicara baik-baik akhirnya idris pun mengerti maksud kedatangan zaenal yang ingin membayar hutang dari pihak keluarga rindang, “uda zaenal, Nampak nya kau ini menyukai rindang yah ? ngomong-ngomong sudah berapa lama kau menyukainya ?” ucap idris dengan sinis, zaenal yang berpikir bahwa idris sepertinya tidak menyukai kedatanganya ke rumahanya, “ambo hanyo ingin menolong sesama umat muslim sajo, ambo baru mengenal rindang kemarin, inda ada maksud untuk menghancurkan pernikahan kalian” ucap zaenal dengan bijaksana, “lalu ?” ucapnya dengan sepatah kata, “ambo harap kau bisa mengerti kalau rindang tak mencintai kau, pernikahan inda berarti kalau inda ada kesempurnaan cinta, itulah syarat kebahagiaan dalam berumah tangga” ucap zaenal dengan bijak.
Mendengar ucapan zaenal, idris terlihat sangat marah bahkan dia pun berdiri dari tempat duduknya sambil bertepuk tangan, “wahh.. kau ini selain jago memasak, rupanya kau juga pandai merangkai kata” ucap idris, melihat wajah idris yang sepertinya akan marah besar zaenal pun tidak berkutip sedikit pun dia pikir bahwa idris akan marah, namun ternyata idris malah mengulurkan tangannya seperti berjabat tangan, “kau adalah pria sejati, akan ku batalkan pernikahan ku dengan rindang, akupun tak mencintainya, aku malah berniat untuk menceraikannya setelah satu tahun menikah” ujar idris, “kalau kau tak menginginkan rindang, kenapa kau menikahinya ? apa karena hutangnya ? memangnya berapa hutang kakanya itu ?” Tanya zaenal dengan penasaran, “500 juta, karena orang tua ku yang memaksa, rindang itu kan wanita yang sopan,cerdas dan cantik jadi mereka berniat menjodohkan ku dengan alasan hutang, tapi karena kau zaenal yang akan membayarnya, jadi tidak ada lagi alasan untuk menolak pernikahan ini, terimakasih banyak” ucap idris dengan lega.
Tepat pukul 02,00 subuh, zaenal pun pulang dan membangunkan mak uwo untuk menceritakan kejadian tadi malam, mak uwo pun mengerti dan berniat untuk melamar rindang dua minggu kedepan. Keesokan harinya pernikahan rindang dan idris memang di batalkan, tak terdengar suara sedikit pun dari rumah nya rindang kecuali cibiran dari tetangga sebelah, rindang yang merasa lega sempat terpikir orang yang telah membayar hutang kakanya itu.




tamat

kokoh

Pergi membawa perih..
Berharap, kembali membawa cita
Akulah sang mega yang tersender di katulistiwa
Akulah batu karang yang diserang arus

Berdiri di terjang ombak
Namun aku kokoh berdiri tak tergoyak
Berlayar di atas samudera
Akulah sang pengejar asa

Dunia dan isinya akan melihatku suatu nanti
Saat diri ini sudah di atas dan tak lagi dibawah
Kemudian mewarnai setiap langkah

Akulah sang pendiri yang kokoh..

Bapa Dosen muda

Saat kehidupan ku yang benar-benar terasa sempurna karena cinta dan keluarga membuatku merasa menjadi manusia yang paling beruntung di dunia ini, Iman adalah pacar terbaik yang pernah ku miliki dia adalah kaka kelas ku, dua tahun lebih ku jalani hubungan bersamanya, kami saling melengkapi satu sama lain. Dia sangat menyayangiku dan menjaga ku, bahkan dia juga dekat dengan keluarga ku, terutama dengan ayah. Sekilas cerita itu sangat indah, namun tuhan memang hebat, dengan sekejab kehidupan sempurna itu lenyap begitu saja. Aku di tinggalkan pergi oleh Iman bukan karena orang ketiga tapi karena dia di vonis dokter positif Hepatitis C hingga akhirnya dia pergi ke singapura untuk berobat tanpa mengabari ku sepatah kata pun. Aku sangat terkejut dan sedih, selama dua tahun dia menutupi kebohongan penyakitnya ini. Hal serupa juga terjadi pada ayahku, beliau di vonis AIDS, hingga beberapa bulan ayah di rawat di rumah sakit namun sayangnya nyawanya tak tertolong. Betapa terpukulnya hati ibu saat itu, laki-laki yang di anggap baik,jujur,bertanggung jawab dan penyayang ternyanta hanya penghianat, ayah sering bermain dengan PSK, ungkapnya dalam pengakuannya sebelum dia meninggal.
            Masa lalu ku kubur dalam-dalam dan ku telan dengan pahit, kini hidup ku sangat sederhana. Saat aku lulus SMA, aku bekerja menjadi waiters di  caffe. Aku menjadi tulang punggung keluarga untuk menyekolahkan adik ku putri yang duduk di bangku kelas satu SMP. Meskipun ibu sendiri juga membuka usaha warung sembako kecil, namun tida menutup kemungkinan impian ku untuk kuliah dan ingin menjadi seorang dokter gigi harus kandas, dua tahun aku coba jalani kesusahan hidup ku, aku dan ibu juga mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku, memang jurusan yang ku ambil bukanlah dokter melainkan jurusan ekonomi, tapi setidaknya ini bisa membantu kehidupanku nanti. “tiara, apa kau sudah siap untuk daftar hari ini ?” Tanya ibu pada ku. “ibu, doakan saja tia agar lolos masuk Universitas negeri” ujarku dengan semangat. Sesampainya dikampus aku sangat kebingungan, hingga aku meminta tolong pada pria yang mengenakan baju kemeja rapi untuk mengantarkan ku ke pendaftaran, namun ternyata pria itu yang kebetulan mengurus pendaftarannya. “Tiara rahayu, silakan isi formulir, kemudian biaya pendaftarannya Rp.300000.” Ucap pria yang menjaga pendaftaran itu, sekilas aku jadi terfikir pada seseorang. Selang 3 hari aku kembali ke kampus itu untuk menyerahkan persyaratan. Aku bertemu kembali dengan pria si bapa muda itu lagi, tapi sepertinya bapa muda itu sedang di kelilingi mahasiswa, aku merasa ada yang aneh dengannya, kemudian aku berjalan menuju pendaftaran dan ternyata yang menjaga pendaftaran itu bukan orang yang sama seperti yang kemarin, mungkin bapa muda yang kemarin sedang sibuk. Sepulangnya dari kampus itu, aku kembali ke caffe tempat mencari penghasilan ku. Saat senja mulai datang suasana caffe menjadi sepi namun belum pernah sesepi hari ini, seperti tak berpenghuni, kemudian tiba-tiba muncul pria bertopi putih dan duduk di pojok dan memanggil “Mbak..!!” ucapnya. Akupun menghampirinya dan dia pun memesan, saat aku mengantarkan pesanannya pria itu langsung pergi dan meninggalkan uang pembayaran. Karena penasarana, aku langsung membungkus pesanannya dan mengejar pria bertopi itu menggunakan sepeda motor.
***


            Sakit sekali, seluruh badanku rasanya perih, entah apa yang terjadi tiba-tiba aku ada di rumah sakit dan pria bertopi itu ada di sampingku, “aaww… perih sekali, dan kenapa aku disini dan siapa kamu? Ucap ku meringis kesakitan. Namun setelah ku perhatikan begitu dekat ternyata orang ini adalah pria yang memakai topi putih yang meninggalkan uangnya begitusaja di meja. “Oh ia, pesanan bapaaaa… akan saya ganti maafkan saya!!” ucap ku, “lupakan saja, bagaimana keadaan mu tiara ?” tanya-nya dengan khawatir. “apaaa?? Kenapa kamu tau nama aku ? siapa kamu sebenarnya ?. ucapku dengan sangat kaget. Perlahan pria itu membuka topi putih yang menutupi wajahnya, ternyata setelah ku perhatikan baik-baik dia adalah bapa muda yang ada di kampus itu, aku semakin kaget dan malu. “tadi motor kamu terserempet mobil saat mengejar saya dan badan kamu terpental ke terotoar lalu kamu pingsan, jadi saya bawa kamu kesini” ucapnya. “ohhh.. lalu dimana motor saya, itu bukan milik saya tapi milik bos saya, saya bisa di pecat !!” ujar ku dengan panik, namun ternyata bapa muda itu mengantarkan motor ku ke caffe, “kamu pingsan selama 3 jam, apa kamu mau rawat inap, saya yang bayarkan biayanya” ucapnya pada ku. “ tidak, ibu dan adik ku pasti cemasss aku ingin pulang!!” ucapku dengan meringis kesakitan. Bapa muda itu terus menerus meminta pada ku untuk mengantarkan ku pulang, taapi aku menolaknya dan kabur dari hadapannya, hingga akhirnya aku lolos darinya. Sesampainya di rumah ibu sangat khawatir pada ku dan terus bertanya. Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa di caffe, saat  langit berganti berwarna merah tua, menjadi hitam yang lembut, hari itu pelanggan selalu sepi di jam 8 malam namun tidak sesepi kemarin, menunggu pelanggan yang tak seberapa jumlahnya pulang dengan perut kenyang dan menunggu jam kerja ku selesai, aku duduk di kursi pelanggan dan  mengingat-ingat  kejadian itu sambil menopang dagu dan sesekali melirik jam dinding yang berputar ke angka 9 malam, “hahh… rasanya aku tidak bisa melupakan kejadian semalam” ucap ku sembari menghela nafas. “nanti juga hilang sendiri” ujar laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapanku disaat semua pelanggan pulang meninggalkan caffe, hal itu membuatku terkejut dan malu karena laki-laki yang berdiri di hadapan ku adalah bapa muda kemarin yang menggunakan topi putih, “aa..euu..ehh.. seeelaamat datang di caffe kami, silakan duduk anda mau pesan apa?” ucap ku dengan gugup “saya ingin secangkir kopi susu panas” pesannya, aku segera membuatkan pesanannya dan yang aku anehkan adalah setiap kali dia datang ke caffe ku semua pengunjung selalu tiba-tiba pergi dan suasana caffe menjadi sepi, saat itu hanya ada aku dan dia. Saat aku letakan pesanannya di meja tiba-tiba jantungku berdetak sangat kencang, ini adalah perasaan yang lama sudah tak kurasakan. “sudah lama saya tidak mampir ke caffe ini, suasananya banyak sekali perubahan namun cita rasa dalam makananya masih sama” ucapnya pada ku secara tiba-tiba, aku hanya mengangguk dan tersenyum, tidak banyak bicara. “ohh begiu yah” ucap ku sambil menggaruk –garuk kepala, “waktu saya kecil saya sering kesini bersama ibu saya, kemudian saya pindah rumah dan setelah umur 24 tahun ini saya baru menemukan caffe ini lagi” ucapnya sambil meneguk kopinya, “ohh… begitu ya pa” ujar ku dengan terheran-heran, entah sengaja atau bagaimana dia sangat lama sekali meminum kopi nya itu, mungkin saja kopinya itu sudah dingin, hingga jam 10 malam akhirnya dia pulang.
Oh iyah, Penantianku selama satu minggu kini datang, aku di terima di kampus itu dengan jalur prestasi dan masuk kelas leguler, kini aku tinggal menghitung minggu untuk mulai pembelajaran disana. penantian 3 bulan sudah ku lalui, hari pertama masuk kuliah aku sangat tegang dan bersemangat, aku sangat terkejut melihat dosen yang pertama masuk, dia adalah bapa muda yang waktu itu ada di pendaftaran, dan namanya adalah pa galang. Aku tak menyangka dia adalah dosen, berarti aku salah sangka dan aku sangat malu. Hari ini dia akan mengajar pada mata kuliah yang pertama, dan saat melihatnya perasaan yang lama tida ku rasakan ini tiba-tiba hadir kembali, dan setelah pa galang pergi persaan ini hilang. Sudah ku duga ini adalah persaan tertarik, seperti dulu ke Iman, bahkan rasanya lebih aneh. Satu semester  ku alami pembelajaran dengan pa galang, dia dosen muda yang tegas dan berwibawa bahkan tak jarang mahasiswi mendekatinya, namun dia selalu menolaknya dan bersikap seperti dosen dan mahasiswa, tapi entah perasaan ku saja atau bagaimana, rasanya aku seperti di spesialkan olehnya bahkan kami sering berdiskusi seperti teman namun tetap dengan professional, seringkali mahasiswi iri pada ku bahkan mereka kadang mengolok-olok diri ku, aku tak menghiraukanya.
Hal yang ku tunggu-tunggu yaitu menunggu semester akhir aku ingin segera lulus dan ingin pergi dari hidup pa galang, aku sangat sakit hati saat mendengar berita pa galang akan menikah dengan mahasiswi disini, karena selama ini dia sudah memberi harapan palsu pada ku, aku semakin sadar aku hanya di anggap anak didiknya saja yang di spesialkan , bukankah itu hal wajar karena pasti di setiap sekolah di seluruh dunia ada anak didik yang di favoritkan gurunya, mungkin aku hanya GR saja, beberapa semester ku lalui bersama pa galang di bandingkan dengan teman-teman ku, aku merasa sangat nyaman sekali, tapi sayangnya dia akan segera menikah, dan sering kali aku menjauhinya atau bahkan bersikap dingin padanya, rasanya cinta ini sudah terlalu dalam rupanya. Hari wisuda tiba, aku senang atau sedih mungkin inilah yang ku rasakan, karena sebentar lagi aku akan berpisah dengan teman-teman ku, kampus ini terutama dosen ku yang paling muda yaitu pa galang. “ibu, putri, bagaimana penampilan tia hari ini ?” Tanya ku sembari berceemin. “kaka pasti jadi yang paling tercantik saat di wisuda nanti” puji adiku sambil tersenyum. Saat tiba di kampus, aku datang menggunakan mobil paman ku, aku di sambut oleh pa galang dan melempar senyumnya ke arah ku, aku pun membalas senyumnya dan berjalan ke arahnya “pagi, pa” ucap ku dengan datar “pagi tiara, ibu, bapa, dan hallo putri” ucapnya pada keluarga ku. Kemudian putri adik ku berkata “ini calon suami ka tiara ya bu ?” ucapnya. Mendengar hal itu aku terkejut dan menginjak kaki putri, “ia, tia dia ini dosen sekaligus calon suami mu nanti, na’ galang ini dua hari yang lalu datang ke rumah saat kamu sedang pergi memesan kebaya bersama teman mu, dia datang bersama orang tuanya dan ingin melamarmu, sekarang bagaimana jawabannmu ?’ ucap ibu pada ku. Aku sangat terkejut dan malu aku menjawabnya dan menerima lamaran itu  dengan penuh pertimbangan dan  malu-malu. Ternyata mahasiswi yang di maksud adalah aku.


tamat

Minggu, 29 Mei 2016

Simponi Hitam

Simponi hitam,Sendu menyelimuti setiap malam
Bukan maksud bercerita, rasanya sewindu aku menderita
Tak biasa merasa hangat, maka rasa dingin yang ku dapat
Ah.. lagi pula aku selalu bersandar di keheningan

Satu hal yang bisa ku lakukan, berterimakasih pada Tuhan
karena telah menyuguhkan alam, yang begitu terhampar
Simponi hitam, aku memang kesepian
Namun aku selalu di temani bulan dan terbaring di antara ribuan bintang

Tapi, aku percaya selama angin malam masih berhembus
Masih ada harapan untuk aku bisa bangun besok pagi
Aku memang kurang tertidur, namun banyak bermimpi

Namun mimpi itu tidak akan ada jika aku benar-benar terbangun

Sabtu, 30 April 2016

Day of beautiful wedding

Nama ku Julia agustina, aku kelas 2 MA, sekolah islam di bandung. dan disanalah aku menemukan sosok laki-laki yang aku sukai, bukankah wajar bila remaja seusiaku jatuh cinta, laki-laki itu bernama Luki alfajar, dia adalah kakak kelas ku, aku menyukainya karena kepribadiannya yang langka dan mengagumkan, rasanya ingin sekali aku mengenalnya lebih dekat, namun aku hanya selalu mengingat pesan ibu dan ayah, agar tidak berpacaran. Karena keluarga kami tau agama.
Saat acara Maulid Nabi di selenggarakan di sekolah, Luki mengisi acara khotbah dan membaca Al Quran, maklum saja dia santri terbaik saat masih pesantren,ini yang membuatku jatuh hati padanya, selesai acara. dia pergi dan aku diam-diam mengikutinya hingga tak sadar ternyata aku berada di depan rumahnya, kemudian aku pulang berjalan karena rumahku berada di komplek sebelah. keesokan harinya aku dan lilis sahabat ku pergi ke acara tablig akbar dan kami berjalan bersama, secara kebetulan tiba-tiba luki berada di belakang ku dan aku terkejut, aku mencoba berhenti secara mendadak (pura-pura sandalku lepas agar luki bisa menyapaku) dan ternyata, dia melihat ke arah ku dan melempar senyumnya “Eh.. juli,lilis aku duluan ya” sapa luki, aku pun tersenyum manis. “jul ? kamu kenapa senyum sendiri!!” tanya lilis dengan heran “engga, ehh.. lis nanti kita duduk paling depan ya !!” ujar ku sembari tersenyum “ia, eh.. kerudung kamu kusut tuh!!” ucap lilis, mendengar hal itu aku sangat terkejut dan langsung merapikan kerudungku karena mungkin luki melihatku seperti ini, aku sangat malu (aku ingin terlihat cantik di depannya).
Tablig akbar pun selesai, aku menarik tangan lilis dengan cepat dan bergegas keluar masjid agar aku bisa melihat luki atau bahkan berjalan bersamanya, “kamu ini buru-buru sekali, memangnya di rumah ada apa ?” tanya lilis pada ku, “ ahh.. engga, ngomong-ngomong kerudung ku rapi ga ?”Tanya ku sambil  merapikan kerudung    “ia.. ia.. sudah cantik!” ujarnya dengan memuji, di sepanjang jalan aku mencoba menengok ke belakang dan ternyata luki sedang berjalan dengan Kila tetangga dekatnya, aku sangat kesal dan kecewa  karena sudah cantik tapi luki tidak melihatku, bahkan dia berjalan dengan perempuan jutek dan so cantik itu, “jul, tadi kamu kaya yang seneng, sekarang ko muka kamu di tekuk sih ?”tanya lilis dengan penasaran, “aku baik-baik saja!! Jalannya lebih cepat ya” ujar ku. Setibanya di rumah, aku sangat kepikiran tentang luki yang selalu melihatku saat aku tidak cantik (lagi jelek), tetapi menurutku itu tidak seberapa di bandingkan dengan masa lalu di sekolah, aku bertabrakan dengan siswa yang membawa kue ulang tahun sehingga kue nya tumpah mengenai muka ku dan saat itu juga luki berada disana melihatku di tertawakan, kemudian hal yang memalukan lainnya saat aku sedang olah raga, pada saat itu kami bermain bola volly dan aku memukulnya terlalu keras hingga keluar lapangan dan pak Ahmad guru  olah ragaku menyuruhku untuk mengambilnya, saat aku mencari bolanya ternyata bola itu berada di pinggir sawah (sekolah ku dekat sawah) kemudian aku berjalan ke arah bola dan mengambilnya, namun ternyata aku tergelincir karena licin hingga aku terjatuh ke sawah, seluruh badanku sangat kotor oleh lumpur, aku sangat malu untuk pergi ke sekolah lagi, setibanya aku di lapangan, suasana yang ramai oleh tawa dan bola volly yang meloncat-loncat tiba-tiba saja berhenti dan saat aku melangkah menuju pak ahmad untuk memberikan bola volly, suara tawa teman satu kelas ku mulai terdengar sangat keras, mereka menertawakan ku dengan puas, namun aku tidak sedih kemudian lilis membawa ku ke toilet, saat di lorong toilet aku berpapasan dengan luki , dan dia berhenti “euh.. kamu juli bukan ?” tanya luki sembari memperhatikan ku, aku tidak menjawab pertamyaannya dan berlari ke toilet namun aku terpeleset karena sepatu ku penuh lumpur, (ini semakin membuatku malu di depan luki) fikir ku, “juliiii.. kamu gapapa ?” teriak lilis dengan panik, saat lilis  mencoba membantu ku berdiri tiba-tiba luki bertanya lagi padaku “juli? kamu kenapa?” Tanyanya kepada ku, “aku baik luki, saaaangat baik” ujar ku dengan malu ,aku akan selalu mengingat hal memalukan itu. Seiringnya waktu bergulir dengan cepat. aku sudah kelas 3 SMA, saat dimana aku mengsibukkan diri dengan tugas, sedangkan luki, pergi menganyam pendidikan menjadi seorang Dokter ke ibu kota Jakarta.
3 tahun ku alami menjadi siswi di SMA. Kini aku telah lulus, rencana ku hanyalah ingin menjadi seorang penulis, tak banyak yang aku harapkan dari hidupku kecuali luki. Mengingat dulu, sering kali aku di permalukan dan mungkin rasanya di mata luki aku hanyalah gadis yang tidak elok di pandang. Kini aku berusia 24 tahun, aku di taaruf oleh Yogi pilihan ibuku, pria yang baik dari keluarga terpandang.  Aku mencoba menjalani hubungan baik dengannya selama satu bulan, apabila kami cocok maka dia akan mengkhitbah ku, mengingat pernikahan lilis sahabatku, dia sudah menikah di umur 20 tahun dan dikaruniai satu orang anak laki-laki.
Suatu ketika yogi mengajakku untuk pergi ke toko buku ternama di Bandung bersama ibu, kami naik mobil yogi. Sesampainya disana aku dan yogi pergi ke tempat buku novel, sedangkan ibu memilih pergi mencari buku resep masakan, saat aku melihat-lihat novel bagus tiba-tiba yogi menepuk bahuku dengan lembut, “astagbirullahalajim, yogiii kita bukan mahram !!” ujar ku dengan kaget, “ohh.. ia, maaf jul, aku tidak bermaksud menyentuh mu. Aku mau bilang kalau aku mau pergi ke toilet!” ujarnya dan pergi. Tangan ku merayap-rayap dan menyentuh setiap Novel hingga tak sadar aku berada di temapat buku-buku kesehatan, aku menoleh ke samping, tanpa disadari pria di sampingku adalah luki, “ka Luki ?” Tanya ku dan mencoba memastikan, “siapa ya ? oh.. Juli ya ?” sapanya dengan ragu. Kami mengobrol dengan singkat, sekarang aku lega mengetahui kabarnya setidaknya untuk memastikan apakah dia sudah meminang seorang gadis lain atau bahkan meminang kila, kenyataannya dia belum meminang gadis manapun karena sedang sibuk dengan pekerjaannya, pengetahuan yang membawanya ke toko buku ini karena di ibu kota, toko buku sangat mahal dan kurang lengkap, jadi dia memutuskan untuk ke bandung, saat kami tengah asik mengobrol tiba-tiba yogi datang menghampiri ku “euh…. Juli, siapa laki-laki ini? tak baik calon pengantin berbicara dengan yang bukan mahromnya !” ucapnya dengan ketus, mendengar hal itu luki terdiam dan roboh, kemudian yogi mengajak ku pulang dan mencari ibu, saat di mobil yogi terdiam kesal kepada ku suasana yang tak nyaman, “kesempatanku hilang, aku mencintai Luki, hanya luki bukan pria disampingku” ucapku dalam hati.
Satu bulan ku jalani dengan yogi, keluarga dari pihak yogi mengunjungi rumahku, mereka mempertanyakan hunbunganku dengannya. “saya.. ragu bu. Kalau boleh saya Jujur saya tidak nyaman dengan yogi!” ucapku kepada keluarga yogi. “apa artinya kamu, menolak pinangan yogi ?” tanyanya,  “ Maafkan saya.” ucapku dengan lembut. Melihat kenyataan semua itu, yogi terdiam dan roboh kemudian dia pulang. Aku bisa benafas lega, saat semuanya berakhir hingga aku tuangkan perasaan ku lewat media social twitter “cinta ini akan selalu ada, hingga tak ada satupun pria yang ku tempatkan di hati ini, meski ia telah mencobanya” tulisku di twitter. satu minggu kemudian datanglah seorang laki-laki memakai peci dan celana hitam, baju koko berwarna putih, bersama bundanya. “tok..tok..tok, Assalamuallaikum “ ucap salam dari pria itu, pintu di buka oleh ayah, dan mempersilakannya masuk. Saat ayah mengobrol dengannya, tiba-tiba ibu memanggil di kamar ku untuk ke ruang tamu dan menyuruh ku berpakaian rapi, namun aku menolak berpakaian rapi, aku bersama ibu pun menemui pria yang mencoba mentaa’ruf ku lagi. setelah ku lihat sangat jelas, laki-laki itu adalah Luki dan bundanya, langkahku terhenti, dan mulai kaku, sekaligus malu karena penampilanku seperti ini. “ini Julia anak saya, yang ingin kau persunting!!” ucap ayah pada luki, aku duduk di sebelah ayah dan menundukan pandangan ku “ia, insyaallah jika taa’ruf saya di terima saya akan mengkhitbah juli bulan depan” ujar luki, tanpa ragu aku menerimanya.
Selama proses taa’ruf berjalan, kami mencoba mengenal satu sama lain. hari lamaran pun tiba, aku bersiap untuk hari ini. Laki-laki impianku bahkan aku merias diri sangat lama, saat aku selesai Make-up , aku mencium bau gosong dari dapur hingga aku sempatkan untuk membantu ibu membuat kue lagi bersama lilis dan saudara ku, walupun mereka melarangnya. Tak terasa rombongan keluarga luki datang sedangkan make-up ku luntur karena hawa dapur, aku sangat kebingungan bahkan bulu mata yang ku kenakan hilang sebelah, orang-orang di dapur memarahi ku namun lilis sahabtku membawa ku ke kamar dan menata rias seadanya karena ibu sudah memanggilku berulang kali, aku pergi menemui semuanya dan Luki melempar senyuman padaku, aku membalasnya. senang. Lamaran pun selesai.
Bulan depan kami akan menikah, aku mempersiapkan semuanya seperti gaun pengantin, dll. Aku di ajak Luki untuk memesan undangan, saat di mobil kami hanya diam kemudian saat rasa sunyi itu mulai lama luki memulai percakapan terlebih dahulu “kamu, dari tadi diam saja, apa kamu tidak senang ?” Tanyanya sembari menyetir, “aa..aku, bahagia. Aku ingin tau, apa yang membuatmu ingin menikahi ku? Tanya ku dengan gugup. “aku tak sengaja melihat akun twitter mu, dan membaca salah satu statusmu. Jadi ku fikir kau membatalkan rencana pernikahan mu dengan pria itu!” ujarnya dengan tenang. Sesampainya di percetakan undangan, kami memesan sesuai kesepakatan bersama dan pulang.
Hari pernikahan telah tiba, wajahku di rias habis-habisan, aku sangat cantik. hingga tak terasa mempelai pria sudah datang, Deg..deg..deg.. itu yang kurasa saat ini, aku bahagia dan gugup, hingga acara ijab kobul tiba, aku di persilakan duduk di sampingnya. “sebentar lagi kita akan memulai hidup baru bersama” ucap ku dalam hati. Selesai ijab kobul dia memandangku. “Apakah yang di depan ku ini bidadari surga, insyaallah” pujinya.