Terkenal dengan
masakannya yang lezat dan berkualitas, uda zaenal sering di panggil oleh warga
sekampung di acara hajatan atau acara besar sebagai juru masak, bahkan kabarnya
dia juga sering memenangkan perlombaan memasak yang dia ikuti, penghargaan yang
dia miliki menumpuk di rumahnya yang megah. Walau terdengar dengan keahlian
memasaknya, tetap saja pria berumur 25 tahun itu di kenal sebagai pria yang
dermawan,ramah dan rendah hati, sayangnya dalam hubungan asmara dia tak sehebat
saat membalikan spatulanya, kegagalan dalam mencari pasangan selalu dia
rasakan, padahal di luar sana banyak perempuan cantik yang mengantre untuk
dipersunting, entah tipikel seperti apa yang dia inginkan. Muda,sukses dan
berbakat luar biasa rasanya memang kurang sedap jika tanpa pendamping hidup,
mungkin itu bumbu yang kurang dalam hidupnya.
Suatu
hari di halaman belakang rumahnya, uda zaenal memang memelihara hewan untuk
dimasak dan di jual, seperti hewan ungas, sapi, kerbau, kambing dan ikan tawar,
karena itu lah dia dapatkan sendiri bahan yang berkualitas, suatu ketika dia
pernah berbicara dengan seekor sapi miliknya, dia mengobrol seakan-akan kalau
sapi itu adalah manusia, “pi..sapi, ambo inda akan menyembelih kau sampai kapan
pun, kau ini sapi kesayangan ku, meskipun kau sudah tua dan pasti rasa daging
mu itu alot” ucap zaenal sambil mengelus-elus sapi, “mmoooo !!” ujar sapi
sambil mengipas-ngipas ekornya. “heehh, apa baru saja kau jawab omonganku hah
?” tanyanya semabari mengambil rumput untuk sapinya, tak lama kemudian muncul
mak Uwo yaitu ibu zaenal yang datang secara tiba-tiba, “amboyyy!! Heh zae, kau
ini macam kurang kerja sajo mengelus-elus sapi, sudah sepantas nya kau ini
mengelus-elus perempuan, kapan kau akan menikah hah ?” ucap mak Uwo dengan
tegas, para hewan di peternakan itu yang sedang makan menyaksikan adu mulut
yang terjadi antara uda zaenal dan mak uwo.
Rasanya
baru saja dia beristirahat kemarin, namun sudah ada panggilan untuk memasak di
kampung sebelahnya, “hehh.. kerja
!kerja! kerja! Itu saja yang kau lakukan!” ucap mak uwo dengan
menggerutuk “ala mak, ya memang ini kegiatan seorang pria sejati, ya… harus
bekerja” ujar zaenal, “bukan itu maksud emak, kau ini saban hari bekerja untuk
siapa lagi? harta mu kan sudah banyak, berilah emak mu ini cucu” ucap mak uwo,
zaenal yang setiap hari mendengar perkataan emaknya itu merasa lelah “lama-lam
kuping ku ini pegal mendengar omongan emak” ucap zaenal dengan mengeluh dan
pergi menaiki sepeda ontelnya. Setibanya disana zaenal bertemu dengan rindang, calon
istri idris dari desa sebrang yang dimana lusa mereka akan menikah, sebelumnya
zaenal tidak pernah terpikau pada calon istri orang namun kali ini saat pertama
kali melihat rindang, zaenal merasa terpikat dengan kecantikan rindang. “ehh..
apa kau ini uda zaenal ?” Tanya rindang padanya “euh… iyah, aku zaenal “
ujarnya dengan gugup, “wah.. benar kata orang, kau ini memang rendah hati,
untuk kerja saja kau memakai sepeda, padahal kau ini orang berada“ puji rindang,
“ah.. tidak, kebetulan tempatnya dekat dengan rumah ku” ujar zaenal dengan
malu-malu, “kalau begitu uda, kau sudah
di tunggu di dapur” ucap rindang sambil tersenyum padanya. Zaenal yang teringat
dengan wajah rindang yang sanagat cantik itu tidak seperti biasanya tidak focus
bekerja, tangannya tersayat pisau saat memotong bawang bombay, “hati-hati uda,
pisau itu memang baru ku beli tadi di pasar” ucap mak usan, bibi dari rindang.
“ah.. tidak, aku sudah terbiasa jangan khawatir” ujar zaenal sembari
membersihkan lukanya. Saat menjelang siang semua juru masak beristirahat untuk
makan dan sembahyang, saat zaenal hendak berangkat mengambil air wudhu tak
sengaja dia mendengar rindang di marahi ibu nya yaitu umi siti, “umi inda mau
tau, lusa kau harus menikah dengan idris laki-laki kaya itu” ucap umi sambil
berdiri memarahi rindang, “tapi umi, aku tidak mencintai pria hidung belang itu”
ujar rindang dengan menangis, “apa boleh buat, pernikahan mu tinggal menghitung
hari, lagi pula kau harus berbakti pada orang tua” ujar umi sambil bolak balik,
“yang punya hutang itu kan kakak ku, kenapa harus rindang yang membayarnya”
ujar rindang, setelah rindang berbicara terlalu banyak, umi siti malah pergi
meninggalkan rindang di kamar pengantinnya sambil menangis.
Zaenal
yang mendengar percakapan anatara umi siti dan rindang sangat terkejut, “amboy
!! belum pernah ambo menyaksikan calon pengantin bersedih karena harus menikah”
ucapnya dengan pelan. Sore harinya zaenal siap-siap pulang, karena pekerjaannya
sudah selesai, namun saat dia ingin mengambil sepedanya tiba-tiba sepedanya
hilang “amboy !! kemano sepada ku ? apa ambo lupa menyimpannyo ?” ucap nya
sambil mengingat-ingat, kemudian dia menanyakan sepedanya itu pada orang-orang
disana namun tidak ada yang mengetahuinya, karena sudah hampir malam juga belum
dia temukan sepedanya maka dia memutuskan untuk berjalan kaki. “ala mak,
padahal cuma sepeda sajo ada yang mengambilnyo apalagi kalau motor” ucapnya
sembari menggerutuk dan berjalan menyusuri jalan setapak, karena kesal zaenal
menendang batu dengan sekuat tenaga, untungnya batu yang dia tendang mengenai
seorang gadis yang ternyata membawa sepedanya pergi, melihat hal itu zaenal
menghampiri gadis itu dan ternyata setelah di perhatikan dari dekat gadis itu
adalah rindang, “astagbirulohaladzim ! rupa nyo kau rindang yang membawa sepeda
ku” Tanya zaenal terheran-heran, “maaf uda, aku hanya ingin meminjam sepedamu
sajo” ucapnya dengan ketakutan, “ohh.. ya sudah, kalau macam tuh, aku antar kau
pulang, tak baik calon pengantin berkeliaran malam-malam begini” ucapnya sambil
menghela nafas, “tidak..tidak uda, aku ingin ikut dengan kau sajo, aku tidak
mau menikah, tolong lah akuu” ucap rindang sambil menangis-nangis, mendengar
hal itu zaenal sangat kaget dan kebingungan, namun akhirnya zaenal membawa rindang
pulang kerumahnya.
“ala
mak, apa itu zaenal ? sama siapa dia ?” ucap mak uwo terheran-heran sambil
mengintip di jendela depan, sesampainya di depan pintu zaenal dan rindang
berhenti untuk mengamankan sepedanya itu, mak uwo yang sedang mengintip di
jendela akhirnya mengetahui gadis yang bersama zaenal dan segera keluar menemui
mereka berdua “eh..eh.. macam kenal, kau ini rindang yang akan menikah lusa itu
kan ? sedang apa kau disini ?” Tanya mak uwo pada rindang, namun zaenal yang
tiba-tiba datang berbisik pada emak nya, “mak, suruh masuk lah dia, tak sopan
mengobrol di luar malam-malam begini” bisik zaenal, mak uwo pun mengangguk dan
mempersilakan rindang masuk, “mak, tolong lah biarkan aku bekerja disini, aku
tak mempermasalakan upahnya, asalkan aku ada tempat tinggal dan bisa makan itu
saja sudah cukup” ucap rindang sambil memohon-mohon, mendengar permohonan itu
mak uwo sangat kaget, “aaapaah? Kau inda salah rindang, kau akan menikah dengan
orang kaya ! untuk apa kau bekerja keras macam tuh ?” ucap mak uwo dengan
kaget, “inda, rindang inda jadi menikah, rindang kabur mak” ucapnya dengan
menundukan kepala, mendengar hal itu mak uwo menjadi sangat kaget dan heran,
kemudian mak uwo pun menarik tangan zaenal ke dapur untuk membicarakan masalah
ini hingga akhirnya mak uwo mengetahui kalau rindang menikah karena paksaan
orang tuanya untuk melunasi hutang kakaknya rindang yang tidak bertanggung
jawab itu, setelah dipikir-pikir mak uwo tidak mengizinkan rindang untuk
bekerja, apalagi tinggal bersamanya karena dia takut kalau warga berpikir bahwa
zaenal yang telah membawa rindang pergi dari pernikahannya, “maafkan mak
rindang tapi kau tidak boleh lari dari masalah mu, pulanglah nak, mak dan
zaenal akan mengantarkan mu naik mobil” ucap mak uwo dengan bijaksana, kemudian
rindang mengangguk terpaksa dengan kecewa dan sedih.
Saat
tiba di rumah rindang, mak uwo yang turun dari mobil berniat untuk mengantarkan
rindang sampai bertemu dengan umi siti, namun rindang sepertinya tidak mau di
antar, dia malah terburu-buru masuk ke rumahnya tanpa berpamitan pada mak uwo
dan zaenal yang sudah mengantarnya, namun mak uwo yang melihat sikap rindang
yang seperti itu pun memakluminya.
Besok
adalah hari pernikahan rindang dan idris, zaenal sangat terpikir dengan cerita
kehidupan rindang yang malang, dia tidak bisa tidur malam itu hingga akhirnya
dia bangun dan bergegas pergi dari tempat tidurnya dan merapikan diri untuk
pergi menemui idris, zaenal berpikir bahwa dia akan membayar hutang-hutang
kakanya rindang, dia mempersiapkan berupa chek. Dengan diam-diam zaenal pergi
menggunakan mobil dengan pelan-pelan karena takut mak uwo terbangun,
sesampainya di desa tempat dimana idris tinggal, zaenal kebingungan mencari
rumah idris namun zaenal ingat bahwa idris akan menikah maka dia pun mencari jalur
kuning yang bertuliskan idris dan rindang, hingga akhirnya dia menemukan
rumahanya.
Dengan
sopan zaenal bertamu ke rumah idris dan mengetuk pintu rumahnya, setelah
beberapa saat pintunya pun di buka oleh idris sendiri, setelah di persilakan
masuk mereka berdua pun mengobrol dengan serius dan berbicara baik-baik
akhirnya idris pun mengerti maksud kedatangan zaenal yang ingin membayar hutang
dari pihak keluarga rindang, “uda zaenal, Nampak nya kau ini menyukai rindang
yah ? ngomong-ngomong sudah berapa lama kau menyukainya ?” ucap idris dengan
sinis, zaenal yang berpikir bahwa idris sepertinya tidak menyukai kedatanganya
ke rumahanya, “ambo hanyo ingin menolong sesama umat muslim sajo, ambo baru mengenal
rindang kemarin, inda ada maksud untuk menghancurkan pernikahan kalian” ucap
zaenal dengan bijaksana, “lalu ?” ucapnya dengan sepatah kata, “ambo harap kau
bisa mengerti kalau rindang tak mencintai kau, pernikahan inda berarti kalau
inda ada kesempurnaan cinta, itulah syarat kebahagiaan dalam berumah tangga”
ucap zaenal dengan bijak.
Mendengar
ucapan zaenal, idris terlihat sangat marah bahkan dia pun berdiri dari tempat
duduknya sambil bertepuk tangan, “wahh.. kau ini selain jago memasak, rupanya
kau juga pandai merangkai kata” ucap idris, melihat wajah idris yang sepertinya
akan marah besar zaenal pun tidak berkutip sedikit pun dia pikir bahwa idris
akan marah, namun ternyata idris malah mengulurkan tangannya seperti berjabat
tangan, “kau adalah pria sejati, akan ku batalkan pernikahan ku dengan rindang,
akupun tak mencintainya, aku malah berniat untuk menceraikannya setelah satu
tahun menikah” ujar idris, “kalau kau tak menginginkan rindang, kenapa kau
menikahinya ? apa karena hutangnya ? memangnya berapa hutang kakanya itu ?”
Tanya zaenal dengan penasaran, “500 juta, karena orang tua ku yang memaksa,
rindang itu kan wanita yang sopan,cerdas dan cantik jadi mereka berniat
menjodohkan ku dengan alasan hutang, tapi karena kau zaenal yang akan
membayarnya, jadi tidak ada lagi alasan untuk menolak pernikahan ini,
terimakasih banyak” ucap idris dengan lega.
Tepat
pukul 02,00 subuh, zaenal pun pulang dan membangunkan mak uwo untuk
menceritakan kejadian tadi malam, mak uwo pun mengerti dan berniat untuk
melamar rindang dua minggu kedepan. Keesokan harinya pernikahan rindang dan
idris memang di batalkan, tak terdengar suara sedikit pun dari rumah nya
rindang kecuali cibiran dari tetangga sebelah, rindang yang merasa lega sempat
terpikir orang yang telah membayar hutang kakanya itu.
tamat